Sabtu, 27 Oktober 2007

Because you are so special...


Because you are so special...
(lanjutan dari “kisah-kisah yang apa adanya...”)

Saat pertama melihat mereka memakai pakaian indah itu…aku terpesona dengan pandangan yang benar-benar takjub, subhanallah…
Semuanya begitu indah menghiasi pandangan mataku kala itu, saat aku pertama kali bersinggungan dengan orang-orang yang berjilbab.

Sebenarnya aku merasa malu dengan keadaan yang seperti ini...
Bagaimana ini? Aku pun tidak mengikuti mereka lebih jauh lagi. Aku pun berangan-angan pada cita-cita lama, bagaimanapun nanti entah esok hari memulainya, aku tak boleh melepasnya lagi...meskipun mungkin memang rintangan tidaklah mudah dan begitu berat sampai sekarang ini.

Hari demi hari berlalu...
Aku datang kembali ke tempat itu dan diberi beberapa potong pakaian (gamis) sederhana yang menurutku sudah mewah sekali meskipun itu hanya pemberian orang lain dan pakaian lama. Aku begitu bangga sekali...aku bisa berpenampilan seperti mereka...
Aku pun mencoba beradaptasi, mulai dari cara berbicara, dari cara berperilaku terhadap individu yang berbeda. Aku begitu senang sekali dengan perubahanku ini...
Seolah-olah dunia sudah kumiliki dalam genggaman, wah nggak gitu kali ya...

Beberapa waktu di awal mulanya...saat berada dalam keterasinganku, aku merasa diriku tidak diperhatikan dan dibiarkan mencari sendiri apa yang aku inginkan di lingkungan baruku itu. Tentu saja aku bingung dan rasanya seperti kehilangan semangat, dan mencoba bertahan beberapa jenak waktu...
Lantas aku mulai benar-benar putus asa, bagaimana ini...masih sama saja...
Namun setelah menunggu sekian waktu, akhirnya aku bisa diterima di lingkungan itu dan mulai diperhatikan oleh mereka, bahwa ada manusia yang aneh di sini, hehe...
Dari mereka aku banyak belajar tentang segala sesuatu yang belum pernah kupelajari...dari mereka aku mulai mengerti dan memahami tentang agamaku yang indah ini.

Aku jadi teringat dengan kisah sebuah persahabatan, antara orang Pakistan dan orang Yahudi. Sang Yahudi itu akhirnya masuk Islam karena sahabatnya yang muslim itu seringkali mengatakan “Thank You Allah, life is beautiful.”
Karena penasaran akan keindahan yang terkandung pada ucapan itu, akhirnya Sang Yahudi itu masuk Islam yang akhirnya bisa benar-benar merasakan indahnya lahir dan batin dalam Islam dan sangat bersungguh-sungguh dalam mengarungi kehidupan barunya.

Aku juga teringat dengan seorang sahabat yang kuajak berbicara mengenai banyak hal, bahwa hidup ini memang indah sekali...meski kepayahan, kesakitan dialami dalam jalan yang lurus ini, namun Subhanallah... di sana terletak seni hidup dan aku telah sampai di sini berkat bantuan-Nya Yang Kuasa.
Masa lalu yang telah terlewati itu, tiada terasa lagi dan yang ada kini adalah segala yang teraih di waktu lampau untuk terus istiqomah di jalan-Nya.
Semuanya adalah sebagai motivator kehidupan kita...

Lantas di waktu kemarin, mereka yang di awal mulanya adalah yang memberikan semangat akan semua ini...berkata bahwa semangatnya sudah menguap hilang entah kemana...
Aku bingung menjawabnya...bukankah semua semangat itu lahirnya dari diri kita sendiri, mungkin saja saat ini kita sedang melakukan kesalahan, mungkin saja ada beberapa hal yang tidak berkenan yang semestinya bisa untuk dikomunikasikan, tetapi yang ada hanyalah rasa tidak enak atau malah justru tidak tersampaikan sama sekali dan akhirnya putus semuanya, termasuk semangat tadi...

Because you are so special...
Kata-kata ini cukup berarti, menggambarkan betapa kita semuanya adalah pribadi atau individu yang spesial, kita tidak ada yang menyamai, tidak ada yang Allah ciptakan sama seperti kita meskipun itu saudara kembar.
Betapa spesialnya kita...bahkan Allah memberikan sesuatu yang spesial juga kepada kita, jika kita mau menggali apa-apa yang positif dari diri kita.
Karena spesialnya kita maka apa yang Allah sudah berikan dari nilai-nilai yang ada pada diri kita itu, semuanya Allah tuntun dengan baik dalam naungan Islam.

Tidak menjadi egois, tidak menjadi pemarah, tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri, rasa peduli kepada yang lain, dan semuanya yang mungkin membuat keburukan...Allah telah berikan jalan-Nya sehingga kita dapat menjadi yang terpilih dan balasan-Nya pun semakin menjadi spesial dalam naungan cinta-Nya.

Jika kita tidak yakin bahwa kita adalah individu yang spesial, kita bisa melihat pada segala sesuatu yang telah Allah anugerahkan pada diri kita masing-masing...di sana kita akan melihat betapa indahnya keadaan diri kita dengan segala kelebihan kita sebagai manusia yang sempurna (daripada makhluk yang lain).

Marilah kita jadikan kehidupan ini begitu berarti...
Kita bisa mencintai sekitar kita, meskipun minimal kita memulainya dengan dari diri sendiri terlebih dulu. Dan meskipun ada banyak kekurangan pada diri kita bukan berarti kita harus menenggelamkan diri kita ke dalam jurang yang dalam, ayolah...kita semuanya adalah pribadi yang spesial dan tiada yang sama persis dengan diri kita.
Allah tiada melihat pada paras wajah, kaya kita atau hal-hal tampak lainnya yang tampak terlihat oleh yang lain...tapi seperti yang pernah tercatatkan di artikel yang lainnya...
wahai, saudaraku...cinta-Nya jatuh di hatimu...

Sehebat apapun diri kita...semuanya tetap ada yang mempunyai...Allah-lah yang memberikan cinta kepada kita, cinta yang akhirnya tumbuh untuk saudara-saudara kita yang lainnya...tak ada yang berbeda di hadapan-Nya kecuali takwa dan iman dalam diri dan hati kita.

Yup...! because you are so special...

Kisah-kisah yang apa adanya...


Jum’at – Ahad, 26 -28 Rajab 1428 H /10-12 Agustus 2007 M

Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya...
Wajahku ‘kan memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Kuakui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya...
Menjadi diriku dengan segala kekurangan
Menjadi diriku atas kelebihanku
Terimalah aku seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa tak mungkin sempurna
Tetap ku bangga atas apa yang kupunya
Setiap waktu kunikmati...anugerah hidup, yang kumiliki...

(Menjadi diriku – by. Edcoustic)

Hari-hari ini begitu berat terasa. Dengan keadaan uang yang tak seberapa, lalu di kanan kiri penuh dengan keinginan orang lain yang juga harus bisa untuk memenuhinya.

Setelah selesai membayar motor bulan kemarin, yang meski lunas pun masih ada tanggungan karena ada pinjaman yang lain. Rencana yang bulan ini (Agustus) dana kecilku itu bisa terpakai untuk membayarnya – kemudian mamak bilang, bahwa rumah belum lunas dibayar dan biaya itu melebihi dana yang aku punyai. Sementara hasil side job-ku mengajar juga belum turun karena baru separuh bulan mengajar privatnya.

Aku melarang mamak untuk mengambil tabungannya di bank yang masih kupinjam juga karena motor kemarin (aku ngambil yang second aja, karena itupun juga udah berat untuk penghasilanku yang memang pas-pasan, hehe...) dan sebisa mungkin jangan pula mamak menjual perhiasannya.
Aku mencoba tenang...mencoba berpikir, apa ya... yang bisa cepat aku kerjakan untuk bisa menutupi biaya hidup yang tinggi sementara penghasilanku tak seberapa.
Uang lima ratus ribu itu akhirnya kuberikan pada mamak, karena hanya itu yang aku punya untuk membayar kontrakan rumah yang masih kurang enam ratus lima puluh ribu rupiah... dan tetap masih kurang seratus lima puluh ribu rupiah lagi, padahal yang dibayar mamak sudah lumayan tinggi sebesar tiga juta lebih setahunnya.

Aku mencoba menawarkan motorku yang baru lunas ini untuk dijual saja, tapi mamak tidak mau... padahal bagiku, yang penting bisa membantunya dan uangnya bisa dipake buat keperluan lain juga dan bagiku jalan kaki ke tempat kerja juga gak papa... biarpun jauh, begini-begini ‘kan mantan anggota pramuka juga... jadi segala kondisi, ayok aja... mau menjelajah lagi, hehe...

Aku merasa kerdil dalam urusan uang ini. Aku sudah mencoba mengirit untuk beli bensin dan pulsa, itupun kadang pulsa juga tidak terisi, hehe...
Mohon maaf tak bisa hubungi teman-teman di saat lagi tidak ada pulsa dalam waktu yang lama, sabar ya...

Sering disinggung oleh mamak bahwa aku harus bisa cari kerja yang banyak gajinya, tapi dimana-mana tidak ada yang pas dan sesuai dengan hati. Aku pun hanya punya ijazah SMK saja...Belajar bisa dimana saja dan dengan siapa saja, kan... ingin sih kuliah, tapi keperluan amat banyak sekali yang lebih penting, jadi pinjam dulu buku dari teman-teman, ya...

Dan aku selalu bilang pada mamak, yang penting bekerjanya tenang dan juga barokah, kalau sudah begini kadang mamak suka marah... maklum, beliau juga masih harus terus diajak pada keindahan Islam ini...jadi harus bersabar menghadapinya, meski kata-katanya banyak melukai – tapi dia juga baik, jadi sisi baiknya aja yang diliat, ya...
Tapi yang penting jangan sampai menyinggung hatinya saja... karena semua yang kita pegang ini menyangkut tanggung jawab kelak. Takutkan dan harapkan Allah SWT semata...

Apalagi belum tentu dengan banyak uang aku bisa berhemat, malah bisa-bisa uang itu habis untuk beli buku saja, sedangkan keperluan banyak yang lebih penting dan juga tidak mau bila uang yang ada itu malah tidak membuat bersyukur hanya untuk berfoya-foya saja, meski tidak demikian... tapi, jika sudah pegang uang...hmm, mataku rasanya tak bisa jika sudah lihat buku-buku yang dipajang di Gramedia atau toko buku Islami terdekat, hehe...
Kadang juga, iya... aku belum bisa bantu mamak untuk memberinya hasil jerih payahku selama ini, ada – tapi itu tidaklah seberapa. Bagiku, uang sekian ratus saja sudah cukup... tapi bagi orang tua, mereka tentu juga mengharapkan sesuatu, meskipun kami baru juga beberapa tahun tinggal bersama...

Semoga nanti bisa usaha sendiri biarpun dengan mencicil, entah apapun itu... yang jelas tidak mau kerja kantoran lagi, bener-bener mo usaha aja... punya home industry gitu deh, ngembangin hobi yang lumayan, jika sebenarnya mau menekuni dengan baik...
Do’akanlah aku, wahai mamak yang tegar...

Namun hikmah yang dapat diambil adalah bahwa semuanya harus tulus untuk dilakukan, Allah SWT mengetahui rejeki yang ingin diberikannya kepada kita. Takut bila melebihi yang ada, malah justru tidak bisa menggunakannya dengan baik dan belum siap untuk menjadi kaya...
Tapi boleh ‘kan kaya yang lain, “kaya hati”...memang, ini masih harus terus diasah biar bisa demikian...

Kemudian juga, bahwa meskipun kebutuhan bertumpuk... tapi harus tetap bisa dimanajemen dengan baik. Mungkin perpaduan manajemen sabar dengan manajemen keuangan kali ya...
Semoga saja bisa... InsyaAllah...

Hari Ahad pagi ini, aku sudah berada di ruang kerja sendirian, hehe...
Ya jelas aja, semuanya lagi sibuk ada acara dan juga rapat ama temen-temen ‘kan masih sore nanti. Lagian hari ini ada jadwal mengajar dan juga aku harus searching bahan di internet untuk tema beberapa hari ke depan, untuk program acaraku di radio...

Sebelum berangkat tadi, seperti biasa aku tidak sarapan... kasihan juga mamak belum masak, t’rus tadi juga udah bantuin jualan. Semoga sukses ya, mamakku...

Lalu, aku melihat sepatuku satu-satunya yang ku-punya. Hari Ahad kupikir nggak usah pake sepatu ya... ingat ama temen liqo’, dulu ada yang komentar ketika aku pake sepatu, dia malah bertanya aku darimana – dia bilang kalau pake sepatu itu hanya hari-hari kerja saja... hehe, iya sih...
Tapi ‘kan dia tidak paham keadaanku ini... jadi bisa dimaklumi dan dipahami, aku hanya tersenyum saja padanya... akhirnya aku berangkat pake sandal jepit aja hari ini...

Pernah karena sandal jepit ini, aku ditegur ama Mbak Ambar, “ukhti...performance”, hehe...iya, mbak... dan akhirnya hanya beberapa waktu saja sepatu itu kupakai lagi...
Tapi kadang kok nggak nyaman ya kalo pake sepatu... melihat teman-teman akhwat yang lain, aku belum bisa seperti mereka yang punya banyak baju, tas, sandal ataupun sepatu yang matching untuk dipakai...
Lha aku, hehe... sandal jepit cuman punya dua, yang satu kupakai di rumah dan yang satu untuk ke mushola di tempat kerja. Sepatu juga cuman satu, apalagi tas... juga cuman satu...
Tapi gak papa kan? Alhamdulillah, meski udah butut dan lawas... masih bisa berfungsi dan menemani aku pergi kerja di sini dan pergi kemanapun... J

Baju... mungkin temen-temen kalo datang ke sini bosen ya ama bajuku *_* ...
Baju rumah cuman punya dua potong (cuci – kering – pakai) begitupun baju kerja, mungkin lima ampe enam potong aja, itupun aku dah mencoba untuk memakainya bergantian setiap harinya...
Maklum, memang beginilah adanya... lagian, aku juga masih belum begitu mementingkan itu semua, yang ada aja dulu dipake, ya...
Bukan aku tak bisa membelinya... tetapi ada keperluan lain yang jauh lebih penting dan lebih mendesak. Ya... maafkan aku atas keadaanku ini, ya teman-teman... jika bosan dengan penampilanku, hehe...

Nah, jadi teringat sesuatu tentang ke-penting-an serta nilai syukur dan cukup (qana’ah), nih...
Seorang teman ikhwan, saat ia mengatakan, “aku ingin mengejar banyak ketertinggalanku...” aku jadi termangu dan berpikir, melihat pada diri sendiri... lha, dia yang punya banyak amanah dan juga punya banyak hapalan Al-Qur’an saja, masih banyak yang harus dikejar.

Sedangkan aku... walah! lebih banyak lagi yang harus dikejar.. apalagi jika melihat ulang pada masa laluku yang buruk dan tidak beraturan, waktu hanya untuk bersenang-senang tanpa ngerti apa-apa, belum ada ‘ngeh’ untuk belajar agama, dan itupun baru belajar ngaji setelah kelas dua SMP saat temenku yang yang baik ngasih buku iqro’ ke aku (kami suka berebut rangking di kelas...antara 1 sampai 3 besar, dia nggak pernah rangking 1, hehe... lantas udah sepuluh tahun ini kami gak pernah ketemu lagi, jadi gak terlalu banyak tahu lagi deh, kabarnya teman itu di sana – hanya terakhir kabar, dia sedang menyelesaikan skripsinya dan kuliah di Universitas Negeri Surabaya ato disingkat UNESA), moga-moga sukses ya...

Ok deh... lanjutin lagi aja...
Wiiks, karena malu udah gede belum bisa baca Al-Qur’an... akhirnya aku mencoba untuk belajar sendiri dan syukurlah masih ingat huruf hija’iyah, sewaktu kecil ada pengajian di langgar dulu (aku murid yang bandel dan suka bolos, padahal ngajinya ‘kan gratis... hehe... biasanya Bu Dhe yang suka ngingatin aku untuk ini, sekarang beliau sudah wafat, maafkan aku ya Bu Dhe... suka abaikan nasihat – sekarang sudah tidak lagi, semoga Bu Dhe mendapatkan tempat yang terindah di sisi-Nya...amiin).

Dan juga aku sempat vakum beberapa waktu karena tidak memakai pakaian takwa... aku terus bertekad agar terus bisa memakainya, apapun halangan dan rintangannya seperti sekarang ini yang terjadi di keluargaku...semoga bisa kulalui dengan baik, Ya Rabbi...

Dan sekarang jika ada hal yang masih belum paham juga, aku tidak malu lagi bertanya... karena ini demi pengetahuanku dan juga waktu yang Allah berikan, semoga tidak tersia-sia...
Alhamdulillah... akhirnya aku bisa membaca Al-Qur’an juga dan masih harus banyak belajar...

Aku jadi iri dengannya – teman yang tadi bilang “aku ingin mengejar banyak ketertinggalanku” (tapi iri yang baik, lho ya...), aku juga ingin berlari untuk mengejar ketertinggalanku yang masih lumayan panjang daripada-nya dan teman-teman lainnya yang udah tarbiyah lebih dahulu, yang mungkin udah terbentuk dan terpolakan sejak masih kecilnya...
Semoga Allah masih berkenan memperpanjang usiaku ini dan mengijinkan aku untuk terus memperbaiki diri...

Kemudian di lain cerita, pernah seorang teman datang ke rumah. Saat itu aku sedang mengupas kelapa pake parang (misahin batok kelapa ama isinya), dia malah melihatku sambil menunggu...
Eh, jangan senyum-senyum begitu...
Di kantor emang pegang komputer, kertas, polpen dan lain-lain...
Di rumah, ya, bantu jualan sayur begini, mo ngerjain apa aja ya, ayok...hehe...

Apalagi dulu, aku ini suka nyangkul di sawah dan di kebun, lho...
Suka manjatin pohon mangga, pohon salam, pohon mentega dan jambu air di rumah saat masih kecil di desaku dulu... Cari bambu buat kandang ayam dan juga pagar sawah, kadang aku juga iseng buat sumpit atau celengan...
Ayah (alm. Fatchul Moebin) pernah bilang padaku, “makan kok dicutik-cutik gitu...” (karena aku makan pake sumpit, jadi ayah komentar lucu begitu...), padahal aku ‘kan cuma iseng aja dan juga pingin belajar pake sumpit itu gimana, soalnya aku suka belajar kebudayaan Jepang dan bahasanya juga, hehe... namanya juga anak kecil yang serba ingin tahu J... (eh, ayah juga pernah sedikit mengajariku bahasa Jepang, lho... karena beliau pernah hidup di zaman ketika Jepang menjajah Indonesia – beliau lahir di Kediri, 11 Desember 1933 dan meninggal pada bulan Ramadhan tepatnya 20 Januari 1998).

Aku juga suka membuat layang-layang besar bersama ayah berbentuk kupu-kupu dan pesawat, pokoknya layang-layang kami adalah layang-layang terbesar di desa kami waktu itu...
Membuat lampion dan prakarya sekolah lainnya bersama ayah dari malam hari tak ada tidur hingga paginya...

Pernah juga ayah mengerjaiku, beliau membersihkan kalen (sungai kecil) di belakang rumah kami, lalu beliau memasukkan sesuatu ke dalam timba hitam bersama air kalennya yang keruh... dan memanggilku yang sedang membantu ibu memasak... kata ayah, yang ada di timba itu adalah ikan dan aku disuruh mengambilnya... tapi kurasa licin sekali dan susah menangkapnya meski hanya di timba... ayah hanya tertawa saja dan aku merasa sedang tidak dikerjai... lalu setelah puas tertawa dan aku menyerah, ayah lalu menuangkan isi timba itu ke tanah... aku langsung kaget dan berteriak, wah ternyata isinya belut dan bukan ikan... aku ‘kan ngeri ama belut soalnya seperti mirip ular, sih...

Aku juga menambal sendiri ban sepedaku yang seringkali bocor karena sekolahku lumayan jauh di kota, sepanjang tujuh kilometer dari desaku dan hanya aku dari desa ini yang sekolah di sana (padahal pinginnya ada yang lainnya, supaya ada teman juga...) ayah ingin aku masuk sekolah favorit waktu itu, jadi lumayan capek juga, hehe... terkadang beliau juga suka mengantar dan menjemputku kalo beliau tidak sedang sibuk, dengan motornya yang setia...
Aku harus bangun pagi-pagi sekali, kadang jam 03.00 aku sudah memasak dan bersih-bersih pekarangan rumah – rumah kami lumayan besar dan luas, tetapi di setiap tepinya ada pagar tinggi dari batu bata dan semen (wah, untungnya gak ada maling yang bisa saja ada, karena beberapa waktu desa kami mulai tak aman – bahkan ayam ayah pun dicuri orang juga) karena sekolah masuknya jam 06.30 WIB dan tak boleh terlambat... kalaupun sarapan, yah... sarapannya habis deh di tengah jalan karena mengayuh sepeda, hehe...

Aku juga suka mancing ikan bareng ayah (biasanya juga sama kakakku yang pertama, Mas Mad – nama lengkapnya Muhammad Zaenuri, di desa asalnya di daerah Jember – aku baru mengenalnya ketika kelas 6 SD, karena aku dan kakak-kakakku berpencar tanpa diasuh oleh orang tua kandung).
Wah, padahal aku ini anak perempuan... tapi dekatnya ama ayah, jadi kerjaannya banyak yang kerjaan laki-laki gitu deh... pokoknya banyak banget...

Jadi apapun itu, ayok aja... asal bukan beberapa hal yang kusebutkan di masa kecilku ini... J
Mau ngajakin aku menulis, ayok aja... mau diskusi, ayok aja... mo ajakin ketrampilan, ayok juga... apalagi mau mengajari dan menasihatiku, pasti akan kuterima dengan senang hati, hehe...

Kata ayah dulu sebelum beliau wafat adalah “terhadap segala sesuatu, pekerjaan apapun itu, jangan mengatakan tidak bisa, tetapi katakanlah belum bisa.”
Karena efeknya berbeda... jika tidak bisa, kita akan terus menganggap diri kita tidak bisa. Tapi kalo belum bisa, kita pasti akan terus belajar sampai bisa...
Kemudian kakakku Mas Mad juga pernah bilang, selama pekerjaan itu masih tampak oleh mata kita... pasti bisa kita lakukan dengan baik (waktu itu aku bertanya, kenapa Mas Mad bisa masak banyak masakan dan juga bisa ngerjain banyak kerjaan, dan kakakku ini menjawab begitu... meski kadang juga masih gak ngerti).

Terima kasih ayah...beliau adalah ayah angkatku (tapi tak tampak demikian...) yang mengasuh dan membesarkanku sejak aku berusia dua tahun hingga usia remaja bersama ibu (almh. Siti Romlah Maryati) mereka adalah orang tua dan guruku yang sangat baik... dan mereka juga guru orang lain (karena profesi ayah dan ibu memang guru, selain itu ayah macam-macam juga profesinya... petani iya, peternak iya... ketua LKMD iya, ketua RW juga iya,dll, hihi...) kini beliau dan juga ibu sudah tiada... semoga Allah SWT membalaskan segala kebaikan mereka...
Thank you Allah...

Oh ya... pernah tertulis tentang nasyid dari Suara Persaudaraan “Kenangan bersama ayah”, itu pas banget ama keadaan aku, dan memang banyak kenangan indah yang tidak bisa hadir kembali. Dalam sebuah hikmah pernah tertuliskan – yang terjauh adalah masa lalu atau kenangan kita, yang terdekat adalah maut yang menghampiri kita, yang termudah adalah meninggalkan sholat, yang terberat adalah amanah, lainnya kok jadi lupa, ya... mungkin teman-teman bisa menambahkan yang terlupa ini...

Dan di usiaku yang ke delapan belas di tahun 2001 lalu, aku baru bertemu orang tua kandungku di Balikpapan ini, begitulah kehidupan terus berjalan, bukan...
Tak ada yang perlu disesalkan, suka duka telah terjadi selama ini... jadi mari tatap esok hari ke depan... semoga lebih baik dari yang sekarang dan kemarin kita lakukan...
InsyaAllah...

Jadi, jangan menjauh dari aku, ya... wahai saudara-saudaraku (teman-teman) yang aku cintai...

I love you all coz Allah SWT...

Dalam haru biruku, aku selalu berdo’a semoga ukhuwah ini terjalin lama dalam cinta-Nya...

Kalian yang telah banyak mengajariku dan memberi semangat padaku...
Kalian yang telah mengajakku ke dalam indahnya Islam ini...
Di masa sulit ataupun senang, semua kita lalui bersama...

Biarpun aku bukanlah orang yang bisa menghidangkan banyak hidangan padamu teman-teman semua, ketika singgah di rumah kontrakan mungil itu, aku masih bisa menghadirkan teh atau air putih untuk kalian...semoga berkenan, ya...harap maafkan...

Meskipun, aku orang yang punya banyak masa lalu buruk – tetap ajaklah aku pada kebaikan yang hanya harapkan ridho Allah semata...

Meskipun mamakku orang yang suka marah dan kesal terhadap teman-teman jika sedang bersinggah, tetaplah senyum untukku dan jangan bersedih akan itu, beliau hanya sedang mengalami banyak hal tentang kehidupan ini, harap bersabar...

Meskipun, aku hanya orang yang tak punya banyak hal, tapi aku bisa menghadirkan senyum dan apa saja yang bisa kuberikan dan kubantu untukmu semua...biarlah aku merasakan kepahitan di rumah itu dalam kesendirian, tapi temanilah aku selalu dalam melangkah menuju keindahan cinta-Nya...

Meskipun, aku tidak bisa memberi banyak pendapat dan sedikit bicara...tapi ijinkanlah aku untuk bisa banyak belajar mendengarkan, karena ini yang bisa kulakukan untuk mendengar kisah-kisah dan alhamdulillah bisa digunakan untuk bermuhasabah setelahnya...subhanallah, manfaatnya luar biasa atas hikmah mendengarkan dari kalian semua...aku banyak belajar.

Meskipun, aku tak bisa berbuat banyak...ijinkan aku untuk menemani dalam hal apapun, agar aku bisa melakukan apa yang ada di sana karena keindahan ini Allah yang ciptakannya untuk kita...
Semua atas ijin-Nya semata...ijinkanlah aku untuk bisa terus menemani dalam naungan indah dakwah ini...


doomo arigato gozaimasu... maafkan atas banyaknya ‘meskipun’ ini...wahai saudara-saudaraQu...

I love you all coz Allah SWT...

Mengejar ketertinggalan...


Kamis, 2 Rajab 1428 H / 16 Agustus 2007 M
9.40

Judul ini juga terambil dari sebuah diskusi bersama teman. Cukup bagus untuk kita simak dan kita renungi untuk diambil hikmah di dalamnya bersama. Setuju ya?
Waktu berjalan dengan begitu cepat dan usia kita pun semakin merangkak senja. Apa saja yang sudah saya lakukan selama beberapa waktu ini yang terlewati, seolah mengisyaratkan bahwa memang semua yang ada ini hanya sementara adanya. Tidak ada yang abadi...
Kecuali hanya Allah SWT.

Dari sekian waktu yang terlewati itu, kisah-kisah yang mengajarkan akan arti kehidupan begitu berarti bagi saya, dan saya merasa di sanalah pembelajaran itu harus terus dilakukan sepanjang usia agar jangan ada yang tertinggal dalam menambah pengetahuan dalam kehidupan ini.

Menjadi orang yang tertinggal memang tidak enak... sebagaimana ketinggalan bus... ketinggalan jemputan... atau ketinggalan suatu barang yang diperlukan di suatu tempat. Semisal dompet yang tertinggal di rumah...
Pernahkah... kita bayangkan dan coba merasakan ketertinggalan kita dalam ilmu, akhlak dan sebagainya... adalah sama semisal kita ketinggalan jemputan, atau meninggalkan barang penting di rumah, kehilangan barang yang penting, ditinggal oleh orang yang dicintai. Uh, teruk-lah kata orang Malaysia.

Ketertinggalan kita dalam hal ini mungkin bagi orang lain terlihat kecil...namun bagi saya ini sangat besar. Mungkin di waktu yang sudah saya lewati, ternyata saya masih saja berasyik masyuk dengan indahnya dunia ini dan melewatkan waktu demikian saja tanpa perubahan apa-apa.
Padahal seperti yang sudah tertulis di atas...bahwa waktu sudah semakin merangkak senja, lantas kapan waktunya memperbaiki diri jika tidak dari sekarang dimulai dan benar-benar dilakukan.
Bukankah ampunan-Nya Maha Luas, lebih luas dari dosa-dosa dan kesalahan kita yang sudah mengangkasa?
Begitu tidak enaknya tertinggal...dan tentu membutuhkan banyak waktu untuk mengejar ketertinggalan kita. Waktu yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar sampai di tempat tujuan dengan selamat dan penuh kerinduan kepada-Nya. Dan semoga perjalanan kita dalam menempuh ketertinggalan kita adalah lebih jauh dari semua ketertinggalan kita sebelumnya. Sehingga bekal kita memadai dan layak untuk diberikan kepada-Nya dengan segenap hati.

Jadi...
Masihkah saja diri terdiam di sini atau segera mengejar ketertinggalan kita?
Marilah bersama-sama menuju keridloan dan cinta-Nya semata.
Walaupun berat halangan dan rintangan kita di jalan ini, tetaplah kita berlari dan jangan ragu untuk menempuhnya. InsyaAllah dimudahkan pada kita untuk menempuhnya...

Allahu Akbar!!

Selasa, 09 Oktober 2007

Sederhana di hari yang fitri...

Subhanallah walhamdulillah...Tiada terasa sudah masuk hampir di penghujung Ramadhan, dan semoga kita menjadi pemenang di akhirnya.

Mungkin banyak yang sudah dipersiapkan menjelang hari Raya Aidil Fitri...?

Semua mall, supermarket hingga tempat-tempat jualan yang kecil pun sibuk menyambut datangnya hari Raya ini. Mulai dari diskon besar-besaran hingga menjual paket-paket hari Raya, bersaing dengan tempat-tempat lainnya agar bisa mendatangkan konsumen lebih banyak. Begitupun jalan-jalan terasa macet dari pagi hari hingga malam hari di sejumlah wilayah kota.

Menyambut bulan Ramadhan beberapa waktu lalu, apakah ada juga suasana seceria menyambut hari Raya ini?
Bukankah seharusnya penyambutan besar justru adalah ketika menyambut Ramadhan dan bukan hari Raya-nya? Hari Raya adalah hadiah dari Allah SWT bagi insan-insan yang menjalankan ibadah di bulan Ramadhan-nya dengan baik serta mampu mengendalikan diri dari bahaya lisan, hati, dan anggota tubuh yang lainnya, bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan dahaga saja.

Terkadang yang tidak tersadari adalah kita mungkin sering melalaikan keadaan di sekitar kita. Ada orang-orang yang berpuasa dengan sekedarnya, entah apakah mereka merasa cukup untuk sekedar sahur atau berbuka puasa. Sedangkan kita, mungkin juga sering mengatakan, “makan apa nih?” pada ibu kita di rumah, saat kita telah pulang dari tempat kerja kita (tentunya bagi yang bekerja, ya... J).
Kemudian pun, saat mereka akan berhari Raya – tak banyak yang bisa mereka persiapkan, baik kue-kue lebaran atau sekedar membeli pakaian baru.

Ada sebuah melodi yang dinyanyikan oleh Hedi Yunus berjudul “Ku bersyukur jadi muslim...” :

ku bersyukur jadi Muslim
bahagia jadi Muslim
semoga iman kita selalu terjaga
bila kita sama muslim, kita adalah saudara
tiada berbeda satu dan yang lainnya

bila ada yang berbeda
atau ada khilafiyah
bukan berarti kita harus berpisah
bila ada yang tak sama
sampaikanlah penuh cinta
semoga Allah menuntun kita semua

semoga kita selalu dalam ampunan Allah
dan selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya
jauhkanlah dari segala godaan dan dosa
yaa Allah... tuntunlah hamba-Mu...

Ya, karena kita adalah saudara sesama muslim... jika ingin menjadi seorang muslim yang sukses, dikatakan oleh seorang teman bahwa harus rela berkorban untuk sesama saudaranya – tidak egois, menang sendiri dan juga tidak berlebih-lebihkan dalam segala sesuatu.
Dan bukankah Allah tidak menyukai orang yang suka berlebih-lebihan...?
Nah, ada beberapa lirik nasyid yang berkaitan dengan saling berbagi... coba deh, simak liriknya...

semua insan sama di hadapan Tuhan-nya
tiada yang membedakan di antara dirinya
satu yang paling mulia
manusia di sisi Allah
ialah manusia yang bertakwa pada-Nya

manusia di dunia tak ada yang berbeda
Allah ciptakan sama dari segumpal darah
oleh itu kita jangan membeda-beda
kemiskinan dan kekayaan sesama kita

jadikanlah semua itu
sebagai bekalan kita di dunia
sebab Allah berikan rizki pada kita
dengan adil penuh keridloan...

(Semua insan sama – by. Shoutul Haq)

kata-katamu tak sempat lamakan lampu merah
cepat kau menepi menghitung kepingan rupiah
arif tak peduli walau panas hujan menerpa
untuk sebuah kehidupan
anak kecil berlarian di belantara kota
bernyanyi dengan alat musik sangat sederhana
arif tak peduli, masa kecilnya terampas
bahkan cita-citamu hampa...

sepuluh, seratus, bahkan seribu, seratus ribu, bahkan sejuta arif menunggumu
uluran tanganmu demi generasi jauh disana...

pernahkan kau pikir andai kau arif sebenarnya
berjuang menepis keangkuhan kota
arif tak peduli hatinya terbentur paparan
bahkan cita-citamu hampa

(Sejuta arif – by. Edcoustic)


Intro :
Lihatlah bocah-bocah kecil yang hidup dari keramaian kota Jakarta
Mereka mengadu nasib mereka, mencari sesuap nasi
Bahkan untuk kehidupan keluarga
Mereka tak ingat sekolah, merekapun tak bisa berbuat apa-apa
Mereka hanya terpanggang terik matahari
Mereka harus mengadu nasib di kota ini
Berikanlah kepada bocah-bocah jalanan
Mereka juga ingin menggapai cita-cita, seperti kita semua...

Kuberjalan di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang
Di antara kerlap-kerlip cahaya lampu yang benderang
Kusaksikan tubuh kecil yang letih di pinggiran jalan
Hanya beralaskan lembar koran berselimutkan malam

Intro :
Jangan biarkan bocah-bocah bangsa kita terlantar
Berikanlah harapan kepada mereka
Mereka yang tinggal di kolong-kolong jembatan
Mereka yang hidup di dalam rumah-rumah kardus
Merekapun ingin bahagia
Dan ingin merasakan manisnya masa kanak-kanak mereka
Berikanlah senyum kepada mereka
Agar mereka bisa menatap masa depan
Dan menggapai cita-cita

Masih panjang jalan di hadapan mereka yang terbentang
Jalan yang penuh dengan rintangan dan penuh cobaan
Berikanlah kasih sayang dan secercah titik harapan
Kasih sayang yang kini telah hilang
Harapanpun sirna

Ya Allah Ya Tuhanku...
Kasih-Mu pasti ada kepada mereka yang disana
Jauhkanlah mereka dari beban dan derita
Mendera dan membuat diri tersiksa

(Anak Jalanan – by. Snada)

Ramadhan adalah bulan yang sungguh-sungguh mulia, tamu yang tiada duanya, dan memberikan banyak keutamaan-keutamaan di dalamnya. Dan disana ada masa-masa untuk saling berbagi dengan yang lain... apalagi di hari menjelang Aidil Fitri, bagi yang mampu bisa berbagi melalui zakat fitrahnya untuk bisa bersama-sama menikmati Aidil Fitri bersama yang lain – tidak ada pembeda antara yang miskin dan yang kaya, yang membedakannya di hadapan Allah ialah keimanan dan ketakwaannya...

ayo bangunlah di malam yang indah
malam penuh kemuliaan dari seribu bulan
songsong karunia yang Allah berikan
dengan penuh ketakwaan raih kemenangan

malam itu 'kan segera tiba
perhiasan terindah di bulan Ramadhan
sepenuh hati kita menantinya
pada Allah mengharapkan rahmat dan ampunan

hening malam itu begitu syahdu
hanyut dalam alun dzikir mendayu
memohon ampunan-Nya
mengharap keridloan-Nya
dan berjuta keutamaan

(Malam impian – by. Suara Persaudaraan)

Ya... mumpung masih ada beberapa hari di bulan Ramadhan ini, semoga kita bisa semakin menambah kualitas ibadah kita serta menambah keyakinan kita akan kebesaran Allah SWT yang sudah memberikan Ramadhan spesial dan istimewa kepada kita semua. Bagi yang sedang ber-i’tikaf... ya selamat ber-i’tikaf saja... semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan juga bisa mendapatkan “malam impian” yang lebih mulia daripada seribu bulan yaitu malam Laitatul Qadar...

Mari kita jadikan moment Ramadhan ini menjadi waktu-waktu yang berharga dengan terus meningkatkan ibadah kita hingga mendapatkan kemenangan di akhirnya dan jangan melupakan sekitar kita yang mungkin selama ini kurang atau malah tidak pernah kita perhatikan.
Dan bulan Ramadhan ini-pun juga menjadi ajang kita untuk bisa berbagi bersama mereka, karena mereka juga saudara-saudara kita – yang ingin pula kita sapa dan kita silaturahim-in...

Apalagi jika di Hari yang Fitri kali ini kita dapat berbagi dengan yang lain yang masih harus kita perhatikan.
Jika merasa sedih, maka dengan melihat senyum kebahagiaan mereka... adalah beberapa nilai kebahagiaan kita pula, karena dengan berbagi itu... kita dapat merasakan sesuatu yang selama ini tidak kita rasakan. Jika tidak percaya, maka kita bisa mencobanya kini... dan tidak menunggu waktu nanti.

Dan tiada yang membedakan kita dengan mereka kecuali iman dan takwa di hadapan Allah SWT.

Subhanallah... Alhamdulillah... Allahu Akbar !!