Sabtu, 28 Juli 2007

Sekitar kita...

Sekitar kita...
13.24 / 5 Rajab 1428 H / 20 Juli 2007 M

Seringkali kita mengatakan sesuatu yang tidak kita lakukan, hiks...sedih sekali, biarpun kita sudah tarbiyah – namun seringkali ini tidak disadari. Saya jadi teringat dengan Pak Udin (pendengar Radio BI-Q yang menelepon saya) beliau mengulang apa yang ada dalam Al-Qur’an, Surat As-Shaff ayat 2-3, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar kebencian di sisi Allah, apabila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Setiap mengingat ini, saya juga suka merinding...
Lalu dari waktu ke waktu, saya juga kadang suka melihat diri sendiri...jangan-jangan diri saya-lah yang seperti itu selama ini. Walaupun justru darisana saya banyak belajar, agar lebih berhati-hati dalam berbicara. Supaya tidak menyakitkan bagi yang lain, supaya mudah dipahami dan intinya...saya juga harus bisa melaksanakan apa yang saya katakan itu, bila berkaitan dengan ibadah maupun akhlak.
Tentu inilah yang menjadi parameter pada diri, semoga terhindar dari kata-kata yang menjadi bumerang bagi diri sendiri, karena jika kita tidak melakukan apa yang kita katakan, selain Allah benci-pun juga membuat orang lain tidak percaya pada diri kita.
Mengapa demikian? Ya, karena orang melihat, mendengar, dan memperhatikan siapa kita.
Orang lain yang bisa menilai diri kita...orang lain-lah yang melihat kita.

Kemudian hal lainnya, ketika kita berjanji...ini identik dengan tepat waktu. Waktu yang amat berharga, terpaksa terbuang hanya karena menunggu yang lain yang belum juga terlihat di majelis, dalam rapat, atau lainnya. Semuanya merasa...waktu yang ada, mungkin juga yang lainnya sedang terlambat – jadi wajar jika terlambat. Jika semuanya berpikiran seperti ini, ya tidak ada yang datang tepat waktu, kan? Karena semuanya saling menunggu – berpikir bahwa yang lain juga sedang terlambat. Akibatnya semuanya terlambat...dan yang tepat waktu jadi merasa gelisah, tidak nyaman serta menjadi terganggu – bahkan bisa ber-suudzon (berburuk sangka), sebenarnya ini acaranya jadi apa nggak, sih...?
Yang sabar, biasanya menunggu dengan mengerjakan hal lainnya yang lebih manfaat. Yang tidak bersabar, cepat-cepat beranjak pulang sambil menggerutu. Kan, jadi aneh dan lucu...?
Ayo dong buktikan, bahwa muslim itu semua tepat waktu dan bisa menepati janji... ketertinggalan kita dalam segala bidang, juga dikarenakan oleh orang-orang-nya yang masih saja suka menganggap perkara-perkara yang ada itu remeh.
Kita pasti bisa buktikan, kan...? Keep fight never give up!!!
Allahu Akbar...!!!

Sayyidina Ali ra., mengatakan, “Janganlah kamu melihat siapa yang mengatakan. Tapi dengarlah apa yang disampaikannya.” Mungkin kita merasa sudah ‘wah’, atau ‘hmmm...’sampai-sampai terkadang kita tidak mau belajar.
“Siapa Anda berani-berani menasihati dan memperingatkan saya?” atau “Saya sudah tahu itu, tidak usah ikut campur urusan saya”...lho-lho, katanya saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan nasihat-menasihati dalam kesabaran, begitu diingatkan karena rasa sayang kita, kok nggak mau...wah, kembali ke asal nih...ternyata banyak teori yang belum dipraktikkan...
Jadi kenapa susah payah menghapalkan teori, tapi praktiknya tidak ada dan malah membuat orang lain sakit hati atas sikap kita? (hihi..., bukan berarti saya melarang untuk menghapal, lho...tapi antara keduanya kan bisa berjalan seiring...?).
Saat menasihati orang lain, kita pun begitu mudahnya mengatakan apa yang dapat orang lain lakukan..lha, diri kita sendiri...?

Kita suka meninggalkan apa yang seharusnya kita kerjakan, ataukah memang keperluan kita yang super banyak ya...?
Karena molor waktu, waktu kita jadi tidak terjadwal sesuai dengan ketentuan...akhirnya habis untuk kesibukan demi kesibukan yang terjadi, yang mengakibatkan lalai dan juga kehabisan waktu untuk berehat sejenak dengan Allah dan bersilaturahim dengan saudara-saudara yang lain...
Begitu mudahnya mematahkan teori yang ada...hanya karena kita tidak punya waktu untuk menilai diri kita sendiri (instropeksi diri, nih...), dengan keadaan ini justru sebenarnya malah mempermudah kita untuk melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik lagi, lho...setuju kan?
Jadi, semoga kita lebih peka dan memperhatikan lagi dengan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita...
Karena, Allah tiadalah merubah keadaan suatu kaum...sebelum kaum melakukan perubahan...
Be a good moslem or die as syuhada!!! Allahu Akbar...!!!

Minggu, 15 Juli 2007

Untuk seluruh Ayah dan Ibu di dunia ini...

Untuk ayah dan ibu... (I)
Alm. Fatchul Moebin & Almh. Siti Romlah Maryati
5 Muharram 1428 H / 24 Januari 2007 M

Ayah...
Engkau seperti bintang di langit
Engkau selalu bersinar untuk dunia, setiap malam tiba
Engkau selalu memberikan cintamu dan tidak pernah marah pada semua
Engkau tiada pernah lelah mendidikku
Engkau bagai mutiara di dalamhatiku

Ibu...
Engkau seperti matahari di dalam hatiku
Engkau selalu memberikan cintamu untukku dan tidak pernah mengeluh
Engkau selalu memberiku kasih sayang di sepanjang waktu
Engkau bagai sinar di dalam kegelapan

Untukmu ayah dan ibu...
Aku akan selalu memelihara cintaku
Belajar tentang hidup dan berkata tidak untuk sesuatu yang tak perlu
Aku akan mewujudkan cita-citaku seperti bintang di langit
Dan tidak akan membuat ayah dan ibubersedih dan menangis
Aku akan memberikan semua cinta untuk ayah dan ibu, setelah pada-Nya..tentu...
Semoga Allah memberikan cintanya juga kepadamu, ayah dan ibu...
Dan di kehidupan yang baru
Ayah dan ibu akan menemukan bintang-bintang bertebaran di sana
Hidup indah dan damai di sisi Allah SWT


Untuk ayah dan ibu...(II)
Alm. Fatchul Moebin & Almh. Siti Romlah Maryati
7 Muharram 1428 H / 26 Januari 1428 H

Assalamu’alaikum, ibu...
Nanda ingin berterima kasih untuk semua cinta
Nanda ingin memberikan seikat bunga
Sebagai tanda cinta untuk ibu
Dan untuk lembutnya belaian tanganmu
Yang memberi arti di sepanjang waktu
Nanda seorang yang lemah dan juga miskin
Maafkanlah segala kekurangan ini...

Assalamu’alaikum, ayah...
Nanda ingin memberikan harapan pada ayah
Dan bercerita tentang cita-cita
Kita akan selalu bersama-sama
Lihatlah, nanda tumbuh meremaja kini
Dan akan selalu membantu ayah di sepanjang waktu yang ada
Dan tidak akan nanda tinggalkan dalam kesendirian
Maafkanlah atas banyak kesalahan, wahai ayah...

Terima kasih Allah...
Atas anugerah indah dalam hidup
Aku akan menemukan cita-citaku nanti di langit tinggi
Dan aku berjanji...
Akan selalu berjalan di jalan-Mu
Memberikan hidupku untuk Engkau, Yaa Rabb...
Dimana di masa kecilku dulu
Aku diajarkan untuk mengenal-Mu
Pelajaran pertama dari ayah dan ibu
Agar aku selalu mengingat-Mu dalam setiap langkahku
Meletakkan dunia dalam genggamanku
Dan meletakkan akhirat di dalam hatiku...


Kenangan bersama ayah
By. Suara Persaudaraan

Dalam sebuah perjalanan, menyusuri pantai utara
Terdengar kereta di tengah malam, Surabaya – Jakarta
Kuteringat masa indah, di masa-masa kecilku
Kenangan bersama ayah, di kampung halaman
Sungguh indah, terlalu manis untuk dilupakan
Sungguh mesra, meski beriring ketegangan

Suasana pengajian petang seperempat malam pertama
Riuh rendah suara hapalan atau cemeti hukuman
Hening hanya desahan, kala epik dipaparkan
Liku-liku perjuangan, para pahlawan Islam
Yang gagah perkasa di medan perjuangan
Yang tak takut mati ‘tuk meraih kemuliaan Islam

Ayah... terima kasih, nanda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah... engkaulah guruku
Yang terbaik di sepanjang usiaku, yang telah membimbing masa kecilku
Meniti jalan Tuhan-ku
Allah... semoga Kau berkenan, membalas segala kebaikannya
Menerimanya dan meridloinya di hadirat-Mu

(Dan ingatlah ketika Luqman memberi pelajaran kepada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah sebuah kedzaliman yang besar”).

Memulai sesuatu dari sekarang

Memulai sesuatu dari sekarang
28 Jumadil Akhir 1428 H / 13 Juli 2007 M

Hai sobat muslim...
Sering sekali dalam program acara Morning Share kita ngebahas tentang motivasi, sesuatu yang harus dimulai dari sekarang, sejarah peradaban Islam, pendidikan hingga kondisi lingkungan hidup dan lain-lainnya.
Nah, sekarang yuk bahas lagi tentang memulai sesuatu dari sekarang...
Apaan tuh? Hemmm...tentu banyak sekali yang harus kita mulai dari sekarang. Meski kita sudah menjadi seorang muslim, tapi kita kadang masih belum mengenal diri kita sendiri. Kita masih suka jatuh tersuruk karena ulah dari diri kita sendiri, tapi buntut-buntutnya kita malah suka nyalahin orang lain untuk pembenaran diri kita sendiri.
Bener nggak sih...?
(Hehe, buku dari Alwi Alatas berjudul Proud to be Moslem, bagus banget., dan berkaitan dengan tulisan ini..sobat muslim harus baca juga, deh..).
Cara berbicara kita masih suka nabrak-nabrak nih, emangnya apaan... masih suka kasar dan menyakiti saudara-saudara kita yang lain, masih suka bercanda terhadap hal-hal yang tidak perlu, dan lain-lainnya. Kemudian kita juga masih banyak yang tidak jujur dalam berperilaku, masih suka berbohong untuk menghindarkan diri dari kesulitan, padahal kan makin sulit., hehe...
Dan banyak contoh-contoh lain dalam keseharian kita yang tidak bisa terungkap semuanya di sini...
Ini yang menjadikan kita menjadi mundur, karena apa yang terjadi saat ini adalah karena ulah kita sendiri. Kita suka tidak menyadari meski sadar itu tidak baik, tapi tetap saja masih kita lakukan... justru menjauhkan diri kita dari ajaran agama kita sendiri, kan...ruginya menjadi berlipat-lipat...
Karena itu, kita banyak mengalami kemunduran...kondisi yang dijadikan oleh orang-orang di luar sana (baca : non muslim) menjadi semakin mudah menyingkirkan kita dan menguatkan barisan mereka. Sedih nggak, sih...
Inilah cambuk yang harus kita jadikan lecutan ke depan untuk lebih baik lagi. Tidak benar yang dikatakan mereka tentang umat Islam, kan? Kita pernah berjaya di masa lampau...maka kita harus bisa kemb alikan kejayaan itu dan menjadi umat yang kuat dalam sisi lahir maupun batin dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman ini.
Memang ini sulit kelihatannya, karena itu supaya tidak terlihat sulit...kita bisa memulainya dari diri kita sendiri dan memulainya sekarang juga. Tidak menunda untuk hari esok, untuk terus belajar... tidak menunggu terpuruk lebih dalam lagi, untuk sebuah kemajuan meski hanya baru bisa selangkah. Perubahan yang lebih baik harus kita lakukan secara terus-menerus, tidak ada kata menyerah atau putus asa...
Semuanya kita lakukan dengan riang dan gembira, hanya untuk mengharap ridlo Allah SWT semata, InsyaAllah...
Ayo dong, sobat muslim...kok malah bengong?
Kita semua bisa, kan? Pasti bisa! Niatkan dengan seksama dalam hati lalu mari kita kerjakan semua dari yang termudah dulu, sekarang juga...
Semoga sukses untuk sobat muslim semua... Allahu Akbar!!!

Dakwah kita (1) & Dakwah kita (2)

Dakwah kita...(I)
20 Rajab 1427 H / 14 Agustus 2006 M

Apa pendapat kita tentang ukhuwah?
Mungkin gambaran yang indah atau justru tempat untuk berselisih?
Banyak dari kita yang belajar arti ilmu Allah, lantas bagaimana seharusnya sikap yang harus dijalankan atas pengetahuan tersebut?

Suatu ketika di dalam sebuah masjid, di bulan Ramadhan, menjelang berbuka puasa. Begitu banyak ta’jil yang tersedia bagi pengunjung yang ingin berbuka disana. Yang pasti semua sudah duduk rapi mengambil bagiannya dan beberapa menit lagi adzan Maghrib akan berkumandang. Dari tempat muslimah, tampak duduk seorang wanita tidak berjilbab yang menjauh dari para muslimah lain yang berjilbab (tentu jumlah ini lebih banyak). Tak ada sapaan untuknya, tak ada teman yang mengajaknya bicara dan tak ada pula yang memperhatikannya dari para muslimah berjilbab yang ada disana. Ia merasa takut dan gelisah. Seolah-olah ingin lari dan berkata ini bukan wilayah yang sebenarnya untuknya.
Apa yang dapat kita isyaratkan dari peristiwa ini?

Lantas di lain waktu, di masjid yang sama. Seorang muslimah tidak berjilbab, bermaksud menunaikan kewajibannya, sholat tepat waktu. Baru melangkah untuk melepas sepatu, seorang petugas keamanan berkata yang tidak baim dan mengusirnya, bahwa yang boleh sholat di sana adalah muslimah yang berjilbab saja. Terjadi selisih pendapat di antara mereka, dan wanita itu mengatakan bahwa ini rumah Allah yang muslim dan muslimah manapun boleh kesana. Tetapi petugas keamanan tadi tetap tak menghiraukannya dan mengatakan ini adalah bagian dari tugasnya.
Apalagi yang mampu kita isyaratkan atas peristiwa ini?

Seorang teman datang berkunjung ke tempat lingkungan temannya, yang bekerja di dalam masjid yang sama. Dan sekali lagi, ia tidak berjilbab. Begitu ia pergi, seorang ibu-ibu yang berjilbab mendatangi temannya di masjid tersebut dengan mengatakan, “Di sini sudah jelas hanya untuk yang berjilbab. Jangan biarkan kita diinjak-injak oleh mereka yang seperti itu!.” Ibu itu berkata di depan banyak orang, yang kesemuanya muslimah, dengan suara keras dan membuka pintu tanpa salam. Ibu tersebut juga pemilik sebuah Yayasan Islam di masjid tersebut.
Sekali lagi, gambaran apa yang ada di benak kita atas ini?

Seorang teman membawa saudaranya yang tidak berjilbab ke acara pernikahan temannya. Meski telah dikenalkan, namun sedikit sekali yang menyambutnya dengan senyum apalagi uluran tangan dari para tamu muslimah yang hadir. Begitu selesai dan pulang, saudara teman yang tdak berjilbab itu menangis, “Seharusnya orang Islam itu baik dan mengamalkan apa yang sudah Rasulullah ajarkan kepada kita, kalau seperti itu caranya, aku tidak mau berjilbab!.”
Ternyata sesuatu yang kecil dan dianggap sepele oleh kita semua, namun berdampak sangat luar biasa sekali...
Dan ini adalah beberapa kisah yang dapat dikemukakan untuk para pendakwah sejati.
Mengapa?
Karena ada letak kekeliruan yang kecil namun besar, yang ternyata tidak disadari.
Ada, tetapi sebagian kecil saja.

Bagaimana mungkin orang yang awam tentang Islam ingin berhijrah dengan benar, bila perilaku untuk memberikan yang terbaik justru malah terbalik? Dengan gencar menyerukan kebenaran, namun menabur kedustaan, atau sebenarnya kita salah mengartikan pengetahuan, sehingga untuk melakukan yang ringan menjadi sulit dan memberatkan kita? Senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Jajaran 5S yang terabaikan dari kita, dan banyak sekali hal ini terjadi tanpa disadari. Kita begitu keras terhadap orang-orang yang ingin belajar, yang mungkin telah mendapat hidayah dan ingin memperbaiki diri, sehingga akibat akhirnya adalah tak ada yang mau mempelajari Islam.
Seringkali para pendakwah menganggap diri sudah benar, padahal kita hanya menyampaikan dan hanya Allah Yang Maha Benar. Seringkali kita menyakiti hati orang lain, padahal justru mereka ingin belajar dengan baik dan telah mendapat hidayah dari Allah. Haruskah kita kesampingkan?
Apakah ini dakwah kita...?
Sesama saudara muslim, kita wajib bersikap lemah lembut, bahkan Rasulullah Saw telah mencontohkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap saudara dan juga orang kafir. Kita hanya tinggal memoles mereka dengan lebih baik lagi, sehingga bisa menjadi ikhwan dan akhwat penerus dakwah Nabi SAW dalam menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Sikap yang salah, justru telah makin menjauhkan yang telah jauh.
Mengapa kita menjadi egois dan merasa paling bijak? Padahal sesungguhnya kita telah berbuat tidak adil terhadap saudara kita. Kita merasa enggan berbagi pengetahuan dengan yang awa, kita merasa tidak seperti mereka yang tidak paham, sehingga tidak mau bergaul dengan mereka.
Sama juga seperti yang kita rasakan dulu, yang mungkin di usia dewasa baru menemukan jati diri yang sesungguhnya akan kehidupan ini – jika kita mendapatkan perlakuan yang seperti itu, kita pun juga akan sakit hati, kan?
Mengapa kepahaman kita akan pengetahuan Allah disalahgunakan dan tidak diamalkan dengan baik?
Sayang sekali waktu dan tenaga kita yang terbuang, bila kelemahlembutan tidak ditampakkan bagi orang-orang yang ingin mempelajari Islam.
Dan satu kisah terakhir, seorang teman yang dulunya begitu keras dan sangat idealis sekali, namun sekarang malah jauh dari kegiatan pengajian dan hal ini tentu amat disayangkan. Selain karena ia mendapatkan suami yang tidak terlalu sholeh, ia pun juga mendapatkan opsi, bahwa suaminya tidak akan ikut dengan pengajian yang dia ikuti. Sedari awal, teman-temannya pun juga telah mengingatkan agar bisa mencari yang terbaik, namun karena ingin lekas-lekas berkeluarga, maka ia memilih sembarang saja, yang penting membangun keluarga. Sesuatu yang sungguh di luar dugaan teman-temannya, karena ia adalah seorang aktivis yang idealis dan aktif sekali dalam dakwah.
Semoga menjadi ibroh bagi kita semuanya, InsyaAllah...
Masih banyak fakta-fakta lain berbicara selain beberapa kisah-kisah yang sudah tertulis tadi, masih sajakah seperti ini dakwah kita? Dan sayangnya ini selalu terjadi untuk mereka yang merasa telah menjadi pendakwah sejati. Semoga tulisan ini benar-benar bisa kita jadikan pelajaran yang sangat berharga atas dakwah kita selama ini dan dapat mengubah cara berdakwah kita yang keras menjadi lemah lembut, utamanya terhadap saudara-saudara kita yang belum paham akan agamanya sendiri.
InsyaAllah...


Dakwah kita...(II)
Senin, 17 Jumadil Akhir 1428 H / 2 Juli 2007 M

Pernah liat, kampus esxtravagansa atau mama mia, atau yang sudah lama banget seperti Indonesia Idol or Bintang AFI?
Pufffh...bejibun deh acara-acara kayak gitu, jadi sering diadaian en bermunculan do beberapa media (baik mulai dari media massa hingga media elektronik, hmmm...apalagi), lalu waktu kita kebuang cuman buat liat itu doang?
Duh, capek deh!
Kita jadi pencuri waktu dan maunya ingin dikenal dengan cepat, tapi kadang juga gak nyadar kalo dilupakan dengan cepat pula. Nah, ini nih tugas kita yang udah ikut pengajian or tarbiyah...
Saya jadi ingat cerita dari teman (Mbak Ambar) tentang kisah mahasiswinya yang memakai sepatu hak tinggi banget, ternyata mau untuk diajak ikut pengajian (apa hubungannya ya...?), ya maksudnya, orang yang gaul seperti itu kalau pelan-pelan InsyaAllah bisa kita ajak, kan...?
Tahukah kita, terkadang kita tidak menyadari...
Keharusan kita adalah memberi cinta pada semuanya. Namun kita sibuk dengan kelompok-kelompok kita yang udah dari sananya (sejak lama, eh...) yang ikut pengajian, yang udah berjilbab, yang udah berjenggot dan ber-koko ria, tapi kita melupakan mereka-mereka yang masih jauh lebih banyak dan belum paham tentang agama sendiri.
Kita sibuk mencela mereka, kita sibuk menyalahkan mereka, dan kita malah sibuk menjauhkan diri dari mereka akhirnya... Coba deh buat acara-acara yang tempatnya di masjid, pasti yang akan datang, ya itu-itu aja kan?
Lalu akan kita kemanakan mereka yang semakin jauh dari masjid itu?
Bukankah kita juga bertanggung jawab atas hal itu?
Tidaklah dakwah itu dengan ceramah aja, kan? Tapi banyak media dan metode yang bisa kita pakai untuk mendekati, mengajak dan mengarahkan mereka. Mereka pasti juga rindu di dalam hati kecilnya, berjalan bersama di indahnya jalan dakwah ini? Bagi-bagi dong keindahannya...
Banyak faktor utamanya dari diri mereka sendiri yang masih ingin bebas (belum mau membuka diri untuk agamanya, nih...), tapi juga bisa ari kita-kita yang udah pengajian ini, lho...
Kita gak pernah senyum ke mereka, memandang sinis mereka, dan juga kita selalu menghindari mereka...
Iya kan? Lha, gimana mereka mo dapat hidayah, kitanya aja pada kasih tampang galak gini...
Tapi emang gak semuanya... hanya sebagian besar aja, hehe...
Dan juga kita beritahu ke mereka, tak perlu jadi bintang instant...Belajar agama dan mengaji pun malah dapat nilai tinggi dari sekedar jadi bintang instant itu. Jadi, kapan nih kita adain acara yang fun supaya mereka bisa ikut dan mau mempelajari agamanya? Kita berjalan bersama dan masuk surga bersama saudara-saudara kita itu, InsyaAllah...Yuk...!

Ini nih yang bisa sobat muslim simak dari buku berjudul Romantika Yusuf, karya Amru Khalid, hal. 188 – 191, saya tulis lengkap buat semua, apalagi yang belum baca en punya buku ini...
Moga-moga gak bikin BETE, InsyaAllah...

Pintu kebaikan selalu terbuka :
Itulah pintu dakwah. Pelopor sebuah tradisi yang baik akan mendapatkan balasan amalnya ditambah dengan pahala orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Tdakkah Anda sudi menunjukkan kebajikan kepada seseorang? Setiap kebajikan yang dilakukannya hingga kiamat akan menjadi timbangan amal kebaikan Anda juga.
Setiap sholat yang dilakukannya dan ibadah yang ditunaikannya akan dimasukkkan ke dalam tabungan amal shalih Anda. Bukankah orang lain yang Anda dakwahi itu kelak akan mendakwahi pemuda-pemuda dan orang lainnya? Semua kebaikan orang yang mendapatkan hidayah (melalui perantaraan dakwah Anda) akan mengalir menjadi pahala Anda. Mata rantai itu akan terus bersambung hingga hari kiamat.
Betapa melimpahnya pahala itu hingga Anda pun kaget, “Ya Allah, rasanya aku tak pernah mengerjakan amal sebanyak itu.”
Sebenarnya, Anda pernah menunjukkan kebaikan kepada seseorang dan oleh karena itu, carilah orang yang mampu mempengaruhi orang lain, bimbinglah ia menuju Allah SWT. InsyaAllah akan datang setelah itu orang-orang yang mengikutinya.

Dakwah adalah harapan Islam :
Dilihat dari sisi pahalanya yang begitu besar, dakwah adalah tumpuan harapan Islam. Islam tidak akan tampil memimpin dengan pedang, senjata dan perang. Islam hanya akan jaya dengan apa yang telah Rasulullah rintis. Dia dahulu seorang diri di muka bumi kemudian mencari pendamping. Mulailah ia mendakwahi Abu Bakar ra. Mereka berdua eksis dan teguh di tengah-tengah masyarakat kafir ketika itu. Bagaimana dengan Anda? Bukankah satu seperempat milyar penduduk bumi ini sudah beridentitas muslim?
Abu Bakar masuk Islam dan berhasil merekrut tujuh orang lainnya. Dari tujuh orang bertambah menjadi tujuh puluh orang. Enam penduduk Madinah mendatangi Nabi SAW. Mereka berjanji, “Tahun depan kami akan kembali.”
Mereka pun kembali tahun berikutnya sebanyak dua belas orang.s atu tahun setelah itu jumlah mereka mencapai tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Nabi pun menyuruh mreka kembali, “Pulanglah dan aku akan menemui kalian tahun depan.”
Pada tahun yang dijanjikan itu, Nabi berhijrah dan t ak satu rumah pun yang tersisa kecuali seluruh penghuninya telah memeluk Islam. Permasalahannya mudah dan sederhana. Ajak dan gugahlah orang di samping Anda. Jika ke-Islam-an kita memang benar-benar lurus dan berdayaguna, selesailah permasalahan.
(Read of : QS. Ar-Ra’d (13) : 11, QS. An-Nur (24) : 55).

Sedikitnya ilmu jangan menghalangi Anda :
Mungkin ada yang berdalih, “Aku tidak bisa mendakwahi orang lain karena pengetahuan aku sangat minim.”
Bagaimana menjawab pernyataan seperti itu?
Katakan kepadanya sabda Nabi SAW, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Ceritakan kisah dari Bani Israil tanpa ragu-ragu. Barangsiapa berdusta dengan mengatasnamakanku maka bersiaplah mendapatkan tempat di neraka.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar No. 2593. Lihat : Shahih Al-Jami’ No. 2837).
Walau hanya memahami satu ayat, sampaikan hal itu kepada orang lain. Walau mendapatkan ilmu dari khutbah Jum’at, sampaikan pula kepada orang lain. Jika menghadiri pengajian majelis taklim, datangilah sanak saudara lalu ceritakan apa yang Anda dapatkan dari pengajian itu.
Imam Ahmad Ibn Hanbal berkata, “Orang yang mengetahui suatu permasalahan, ia dianggap pakar di bidang itu.”

Sanggahan :
Kaum muda mungkin mengajukan keberatan lain, “Aku belun lama memakai jilbab dan masih banyak dosa yang menghalangiku untuk mendakwahi teman-teman putriku.”
Sekali lagi, jangan jadikan dosa Anda sebagai penghalang untuk berdakwah.
(Read of : QS. Al-Baqarah (2) : 44).
Yang dilarang oleh ayat dalam Qur’an Surat Al-Baqarah tersebut adalah melupakan diri sendiri. Akan tetapi kapan waktunya berdakwah menjadi haram? Yaitu ketika Anda menyuruh orang lain berbuat kebaikan sementara Anda tidak berusaha mengerjakannya.
Sebagai contoh, seseorang belum bisa ghaddul bashar ( menundukkan pandangan) dan ia melihat orang lain tidak menundukkan pandangannya. Apakah harus melarangnya atau tidak? Tentu saja harus melarangnya. Katakan kepada orang itu, “Hai Fulan, tundukkan pandanganmu,” dan katakan pada diri Anda, “Ya Allah, saksikanlah, mulai detik ini aku akan menjaga pandanganku.”
Berdakwah sesungguhnya membantu Anda memperbaiki diri.
Andalah yang lebih dahulu mengambil manfaat darinya. Oleh karena, jika ingin memperbaharui iman, berdakwalah!
Setahap demi setahap keimanan itu akan kembali terbaharui. Imam Ibnu Taimiyah berkata, ‘Jangan sekali-kali kalian berkata, ‘Aku tidak akan berdakwah sampai keimananku betul-betul sempurna.” Sesungguhnya orang seperti itu dihadapkan kepada dua pilihan.
Bisa jadi suatu hari nanti ia akan mengatakan “imanku telah sempurna’; ketahuilah bahwa dengan berkata seperti itu, sesungguhnya, ia telah; atau ia akan menemui ajalnya sementara imannya belum juga sempurna.’ Bagaimana solusinya? Berdakwalah dengan keimanan Anda apa adanya. Menyebarkan Islam adalah tanggung jawab kita semua.
Percaya Diri
Senin, 6 Rajab 1427 H / 31 Juli 2006 M

Bisa saja ini adalah kata yang terkesan berlebihan. Namun setidaknya ini yang harus bisa dimiliki pada diri kita, agar kita bisa selangkah lebih maju.
Biasanya kebanyakan rasa tidak percaya diri muncul karena kita merasa tak punya kelebihan apa-apa dan kita merasa ada sesuatu yang menghalangi langkah kita ke depan. Padahal banyak sekali potensi yang kita miliki, yang bisa memberi banyak semangat, agar tidak menjadi minder pada orang lain. Dan sebenarnya, atas apapun yang menghalangi kita, kita bisa memecahkan masalah dengan perlahan, namun yang pasti bisa menyenangkan dan tidak membuat kerugian pada diri kita maupun orang lain. Memang tidak mudah menumbuhkan rasa percaya diri, adakalanya sulit sekali untuk dilaksanakan. Tetapi kembali lagi pada diri kita, apakah kita ingin berhasil melakukan sesuatu atau tidak. Dengan niat yang tulus dan tekad yang kuat, sebenarnya itu sudah menjadi modal yang bagus untuk tahap awal memupuk rasa percaya diri.
Bisa saja dengan cara melihat di sekeliling kita, ada banyak sekali yang tidak mempunyai orang tua tetapi mereka gigih bekerja, lalu ada yang ‘maaf’ fisiknya tidak sempurna namun mampu menghasilkan banyak karya dengan kelebihannya yang lain. Jadi semakin kita menggali potensi kita akan sesuatu yang baik, dari dalam diri kita, lalu mengasahnya sesuai keinginan atau cita-cita kita, maka yakinlah bahwa semua pasti bisa kita lakukan. Karena memang kita pasti bisa. Apapun kendala yang ada pada diri kita, bila kita yakin bisa mengatasinya dengan baik, InsyaAllah hal yang sulit menjadi mudah. Percaya deh! Allah selalu melihat pada usaha kita dan bukan melihat hasil atas apa yang kita raih. Dan Allah juga ingin merubah diri kita, tentunya setelah kita pun juga melakukan perubahan diri ke arah yang lebih baik.
Nggak sulit kok! Apabila kita udah yakin dengan segala potensi kita yang ada, pasti prestasi gemilang bakal diraih. Dan dulu, orang-orang yang tidak mempercayaimu, akan mulai percaya padamu, karena kita pasti bisa. Dengan menguatkan rasa percaya diri, maka apa sih yang harus beriringan dengan itu? Yup! Kita harus selalu berdo’a pada Allah bahwa kita ingin terus merubah diri ke arah yang lebih baik. Setuju kan?

Sejarah Yahudi
21.00 – Ahad, 12 Rajab 1427 H / 6 Agustus 2006 M

Sepertinya kekerasan dan ketamakan di dunia ini semakin menjadi idola, dimana yang sebenarnya malah menabur kebencian yang amat dalam di hati tiap-tiap insan yang menginginkan kehidupan yang harmonis, tentram dan sejahtera. Pergolakan demi pergolakan tak henti-hentinya menghempaskan kedukaan, yang tak dipahami dimana ujungnya.
Itulah sekelumit kisah anak manusia yang dari peradaban lama menjadi peradaban baru, dengan cerita yang sama namun dengan pemeran yang berbeda.
Kaum Yahudi telah ada sejak masa-masa Nabi, sekian ratus abad lamanya, yang selalu menentang perjalanan kebenaran. Nabi Muhammad SAW adalah insan yang terpilih yang tak luput pula dari kisah para Yahudi. Bagaimana Yahudi terbentuk dengan demikian kerasnya dan merasa paling benar selain Amerika?

Sejarah mencatat asal-usul bangsa Yahudi :
Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa orang-orang Israel juga sering kita sebut bangsa Yahudi. Asal-usul bangsa ini yaitu berasal dari daerah Mesopotamia. Nenek moyang mereka termasuk juga dari keturunan Nabi Ibrahim, Ishaq serta Yakub yang juga bernama Israel.
Karena suatu sebab, maka pada lebih kurang tahun 2000 SM, bersama-sama keluarganya terpaksa harus meninggalkan Mesopotamia menuju ke tempat lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Bahkan akhirnya mereka juga harus mengungsi ke Mesir.
Di Mesir, bangsa Israel ini mengalami perkembangan jumlah penduduk yang begitu pesat, sehingga mengganggu kepentingan-kepentingan bansa Mesir, termasuk masalah-masalah politik maupun ekonomi. Karena itu pemerintah Fir’aun mengambil tindakan keras. Bangsa Israel dikejar-kejar agar meninggalkan tanah Mesir. Dengan harus menyebrangi Laut Merah, Musa memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir menuju Palestina. Setelah menempuh jalan yang panjang, bangsa Israel berhasil menempati tanah Palestina. Dalam perkembangan selanjutnya, bangsa Israel terbagi dalam 12 suku. Berkat pimpinan Raja Daud dan Sulaiman, Palestina menjadi negara yang kuat dan makmur. Pada jaman pemerintahannya, Sulaiman berhasil mendirikan rumah ibadah yang indah di puncak Gunung Tion. Sesudah Sulaiman mangkat, timbullah perpecahan antara suku-suku Israel dan berdirilah Kerajaan Sepuluh Suku dan beribukota di Yerussalem (Darussalam). Kerajaan pertama dimusnahkan oleh Asiria pada tahun 700 SM. Kemudian Yahudi juga kalah perang melawan “Nebukadnezar” dari Babilonia. Inilah yang disebut masa pembuangan di Babilonia yang baru berakhir pada masa pemerintahan Raja Tyrus dari Media Persia pada 539 SM.
Pada jaman kekuasaan Iskandar Zulkarnaen dari Macedonia yang menguasai negara-negara di Asia Barat, maka Israel pun tidak luput dari kekuasaannya (336 – 323 SM). Pada waktu Israel dikuasai oleh Romawi pada pemerintahan Kaisar Agustus, maka lahirlah Nabi Isa putra Maryam di Baitullahmi (Betlehem).
Sebagian besar orang Yahudi tidak mengakui Isa sebagai Nabi, karena itu Nabi Isa dijatuhi hukuman salib sampai wafatnya. (Dari sini, ada pengaburan sejarah yang sebenarnya, tentunya kita harus merujuk pada Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang kisah dari Nabi Isa ini, karena itu yang utama). Murid-murid Isa (yang menganut Kristen / menyelewengkan ajaran Nabi Isa) melanjutkan peran pemimpin. Di antara yang terkenal adalah Petrus dan Paulus yang menyiarkan agama Kristen di Eropa. Lalu pada tahun 70 M, orang-orang Yahudi memberontak terhadap Roma. Namun oleh Kaisar Titus, pemberontakan ini dapat ditindas. Orang-orang Yahudi terpaksa meninggalkan negerinya dan mengembara, tersebar hingga ke seluruh dunia.
Pada tahun 650 M, Palestina diduduki oleh bangsa Arab. Pada waktu Perang Dunia I, orang-orang Yahudi yang tersebar di seluruh dunia itu merasa membutuhkan tanah airnya kembali.
Mereka teringat bahwa nenek moyangnya dahulu mempunyai negara dan bahkan pernah mengalami kejayaan yaitu di Palestina. Gerakan untuk mengembalikan Yahudi ke Palestina inilah yang disebut zionisme, yang mendapat dukungan dari Inggris (Balfour Declaration, 1916). Gerakan zionis ini menyebabkan timbulnya salah satu permasalahan di Timur Tengah selain di Irak dan lainnya, hingga sekarang.
Untuk menghadapi gerakan zionis Israel tersebut, terdapat organisasi yang sah untuk memperjuangkan negara merdeka di Palestina bernama Palestina Liberation Organization (PLO) pimpinan Presiden Palestina, Yaser Arafat (beliau telah meninggal kini).
Tanah air yang diperjuangkan Palestina adalah Tepi Barat sungai Yordan dan Jalur Gaza.

Negara-negara yang tidak akui Israel :
Indonesia, Malaysia, Guinea, Brunei Darussalam, Mali, Nepal, Aljazair, Bangladesh, Tunisia, Yaman, Lybia, Oman, Sahara, Arab Saudi, Maroko, Irak, Niger, Emirat Arab, Chad, Kuwait, Sudan, Palestina, Somalia, Yordania, Bosnia, Afghanistan, Kuba, Pakistan, Korea Utara, Iran, Taiwan, Maladewa (berbagai sumber).