Senin, 05 November 2007

mensyukuri dan menikmati keterbatasan...


14.43
Kamis, 13 Syawal 1428 H / 24 Oktober 2007 M

Seringkali datang komentar-komentar seputar kecedalanku dalam mengucapkan dua huruf abjad ‘R’ dan ‘T’ yang kurang jelas. Waktu kecil dulu, mungkin aku mengabaikannya dan tidak terlalu memikirkan hal tersebut, karena kupikir anak kecil pasti memang akan sulit mengucapkannya.

Namun, dugaanku itu meleset... karena seiring perjalanan usiaku yang kian bertambah, ternyata tidak ada perubahan dalam pengucapan itu. Dulu aku selalu disarankan oleh temanku untuk bangun setiap pagi dan melafalkannya begitu selesai shalat Subuh, dan rupanya tidak ada perubahan yang berarti. Akhirnya selang beberapa waktu, aku dan teman-temanku menyadari ‘memang aku tidak bisa mengucapkan huruf-huruf itu dengan jelas karena lidahku bentuknya lebih pendek dari mereka.’

Dengan hal itu pulalah, maka aku sempat tidak dibolehkan untuk siaran di radio karena kekuranganku tadi. Aku sempat sedih, apakah di mata manusia hanya diperhitungkan dari fisiknya saja dan bukan dari sisi lain yang merupakan kelebihannya. Tapi tak apalah... memang orang yang berprofesi seperti itu atau yang sejenisnya, setidaknya memang harus jelas pengucapannya agar bisa dipahami oleh orang lain. Sempat aku dulu ingin sekali ikut lomba puisi karena aku suka membuat puisi, tapi sekali lagi terkendala oleh hal tadi.

Tapi aku sempat menjadi finalis lomba menyanyi tingkat SLTP di kabupaten-ku (waktu itu aku belum memakai pakaian takwa seperti sekarang).
Ya... lama-lama aku mulai menikmati hal ini bahkan sangat begitu bersyukur sekali atas segala anugerah-Nya yang begitu besar dan berlimpah yang ada pada diri.

Terkadang dengan lidah – kita mudah menyakiti orang lain. Maka bukan berarti orang yang tidak bisa berbicara adalah merupakan kekurangan baginya, justru ia hanya menyimpan kata-katanya di dalam hati dan tidak sempat menyakiti orang lain. Bukankah meski mereka tidak bisa berbicara, Allah justru menjaga lidah mereka dari ketidak baikkan. Sungguh Allah SWT menciptakan segala sesuatu bukan tanpa maksud, melainkan agar kita terus mengambil hikmah yang begitu berlimpah di sekeliling kita – sebagai pelajaran hidup ke depan agar lebih baik lagi. Pun dengan hal yang seperti ini...

“No body’s perfect” kata sebuah ungkapan.
Dan setiap kekurangan ada kelebihan, pun sebaliknya...

Jadi mengapa tidak kita nikmati saja dan mencoba memahami orang-orang yang ada di sekitar kita dengan segala kelebihan dan kekurangan mereka. Bukankah dengan itu jadi saling melengkapi dan menjadikan dunia berwarna-warni?

Dengan segala keterbatasan bukan berarti dunia akan musnah. Dengan segala keterbatasan bukan berarti kita akan disingkirkan... karena Allah-lah yang selalu di dekat kita dan dengan segala kelapangan-Nya, Allah tidak pernah meninggalkan kita seperti halnya kita (manusia) yang mudah berubah-ubah. Allah berlari ketika kita berjalan... mungkin selama ini kitalah yang justru menjauhkan diri dari-Nya, yang tanpa kita sadari Allah pun semakin jauh dari kita. Semoga dengan segala keterbatasan, atas kelebihan dan kekurangan yang Allah berikan... tidak membuat diri kita menjadi menutup diri untuk berkarya.
Kita nikmati saja semua itu sebagai bagian hidup yang membuat hidup kita memang begitu spesial dan tidak ada yang menyamai atau sama persis seperti diri kita... dan Allah memberikan banyak hikmah agar kita selalu bersyukur dalam hal sekecil apapun, tiada berkeluh kesah sehingga semua begitu indah untuk kita rasakan. Bukankah akan sia-sia saja, jika kita hanya meratapi itu semua sebagai makna ketidakadilan? Allah SWT begitu Maha Adil dan tidak akan membiarkan diri kita tidak tercukupi dalam segala hal... Wallahu ‘alam bisshawab.

pentingnya berbahasa...

15.02 – Senin, 24 Syawal 1428 H / 5 November 2007 M

Berbahasa...
Saya pernah memberikan tema ini untuk teman-teman saya. Waktu itu ada beberapa yang menanggapinya via SMS ke saya (bisa dilihat pada posting blog saya di bulan Juli 2007 M).

Dan sekarang saya ingin menulisnya, bukan menyiarkannya dalam program acara saya, hehe...
Berbahasa... apalagi bila kita bisa menguasai bahasa asing sebagai beberapa bentuk komunikasi kita, tentu sangat bermanfaat sekali. Dan juga karena memang kondisi di dunia yang sudah sangat cepat, sehingga bahasa asing sangat diperlukan – bahkan banyak yang sudah menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di dunia pendidikan apalagi pada dunia kerja.
Wilayah kota Balikpapan, sebagai kota minyak – masyarakatnya juga telah berpacu dengan bahasa asing, karena di wilayah ini banyak berdiri perusahaan-perusahaan asing terutama yang berkaitan dengan minyak sebagai produksi utama.

Tidak di bagian ini saja bahasa asing menjadi penting, namun di dalam dunia dakwah pun... para ulama juga tidak mau ketinggalan untuk menguasai bahasa. Karena bukan tidak mungkin akan mengundang tokoh-tokoh besar dari luar negeri untuk membagikan ilmunya pada masyarakat.
Di daerah Yogyakarta, kita bisa temui hampir semua tukang becak bisa berbahasa asing – karena memang daerah Yogyakarta mempunyai wilayah wisata yang cukup banyak untuk dikunjungi oleh wisatawan lokal maupun asing. Hal ini memberi semangat pada masyarakat di sana untuk bisa menguasai bahasa asing, karena selain sebagai penunjang juga sebagai penambah ilmu dan pengalaman pada mereka.

Lantas sejauh mana bahasa ini diperlukan?
Tentu saja dalam kehidupan sehari-hari sudah mulai diterapkan, dan bukan berarti mengesampingkan bahasa sendiri baik bahasa persatuan maupun bahasa daerah. Karena bahasa-bahasa ini adalah termasuk kekayaan negeri yang tidak dijumpai di negara bagian manapun (karena di Indonesia terdapat + 400 bahasa daerah).
Bagi saya, bahasa menjadi pengantar segala ilmu – dan dengan bahasa pula, kita mengetahui kebudayaan serta bangsa-bangsa di seluruh dunia, yang awalnya tidak kita pahami akhirnya bisa kita pahami. Pertanyaan yang mulanya ‘apa’ – ‘bagaimana’ – ‘mengapa’ – akhirnya menjadi jawaban yang bisa diterjemahkan untuk kita.
Subhanallah...

Allah SWT berfirman :
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
(QS. Al-Hujuraat : 13).

Jadi... semoga tidak malas untuk belajar apapun, termasuk bahasa ini. Dengan banyak bahasa yang bisa kita pelajari, semoga menjadi manfaat bagi yang lain dan juga bisa bermanfaat bagi diri kita sendiri (mengajarkannya, menggunakannya saat berada di negara lain atau saat bekerja di perusahaan asing) dan masih banyak manfaat lainnya – tergantung dari kebutuhan tiap personal.

Sukses untuk semuanya...

pentingnya pendidikan...

12.58 – Selasa, 18 Syawal 1428 H / 30 Oktober 2007 M

Begitu pentingnya pendidikan bagi saya, dan juga bagi kita semua...
Meski saya bukan lulusan perguruan tinggi, namun saya selalu berusaha agar bisa belajar apapun dari sekitar saya. Ya, bukankah pernah Rasulullah SAW bersabda – carilah ilmu walau hingga ke negeri China – tuntutlah ilmu dari buaian hingga liang lahat dan sabda Rasulullah SAW lainnya yang berkaitan dengan ilmu...

Lantas seorang teman pernah mengajukan pertanyaan, untuk apa sih terus belajar dan menuntut ilmu? Apakah untuk mencari pekerjaan yang lebih baik? Atau untuk apa...?
Apalagi ketika masih di desa, saya dulu sering mendengarkan kata-kata dari keluarga... wanita menuntut ilmu tinggi-tinggi untuk apa, toh akhirnya juga akan ke dapur juga dan menjadi ibu rumah tangga.
Terkadang saya sedih akan pemahaman yang begitu sempit mengenai mencari ilmu ini, apalagi orang tua saya juga berpendapat demikian. Namun, saya tidak mau menyerah – meskipun dengan hasil kerja saya yang pas-pasan dan mungkin lebih banyak kurangnya – selalu saya anggarkan untuk membeli buku-buku motivasi Islami dan buku-buku Islam atau lainnya yang bisa menambah pemahaman dan pengetahuan saya.
Sedari kecil ayah (angkat) saya selalu berusaha agar saya rajin membaca dan berusaha menyediakan perpustakaan untuk saya. Saya harus bisa menyelesaikan bacaan, mulai dari sejarah, dongeng, hikayat, hingga yang bertema-tema berat dan semuanya ada di kolong tempat tidur saya – penuh dan tidak terhitung jumlahnya karena ada ratusan lebih. Ada yang hilang terpinjam dan juga berdebu, karena waktu itu tidak ada lemari khusus untuk menyimpan buku-buku tersebut.

Selama kurun waktu yang tidak sedikit, saya masih mengandalkan buku-buku untuk saya pelajari – tetapi begitu mengenal komputer dan internet, saya mulai bisa lebih luas lagi menambah pengetahuan – alhamdulillah, semoga informasi teknologi selalu bisa dipergunakan dengan baik.

Lantas beberapa waktu lalu, seorang teman memberikan kabar gembira untuk beasiswa pendidikan, subhanallah... semoga demikian, dan mereka semuanya mendapatkan rizki yang lebih lagi dari Allah SWT, karena saya tiada dapat berbalas. Meski usia sudah kian bertambah, semoga tidak hilang semangat untuk terus belajar... InsyaAllah.
Selama ini untuk menunjang pengetahuan dan juga agar otak saya tidak mandeg, saya memberikan kursus privat untuk anak-anak SD hingga SMP dalam beberapa bidang mata pelajaran, tetapi khususnya adalah Bahasa Inggris dasar pada mereka.
Alhamdulillah, beberapa waktu ini bertambah banyak dan dibuat kelas oleh teman saya (anak-anak di kampung). Kami tak memungut biaya dari mereka, asalkan mereka mau belajar dan tidak malas menuntut ilmu – hal tersebut sudah merupakan kebahagiaan tersendiri bagi kami terhadap pembentukan generasi ke depan yang cinta ilmu dengan tetap memberikan pengetahuan agama yang penting bagi mereka. Bahkan kami setiap hari sholat Isya’ berjama’ah, kebetulan jadwal mengajar untuk mereka adalah jam 19.00 – 21.00 WITA – hal tersebut tidak lain adalah karena kesibukan kami, juga karena mereka sendiri pulang sekolah di sore hari.
Namun terkadang orang tua mereka memaksa kami untuk menerima hadiah dari mereka, terkadang berbentuk uang dan juga hal lainnya. Dan hal itu oleh teman saya dibelikan keperluan les, seperti alat-alat tulis dan lainnya yang berkaitan dengan les. Dan mereka sangat semangat sekali dan merasa betah (bahkan ada yang tidak mau pulang). Jika ada nilai mereka yang bagus mereka mendapatkan hadiah untuk penyemangat belajar mereka.

Ya, suatu waktu... di masa yang akan datang, semoga akan ada pendidikan yang lebih baik bagi mereka – lebih dari sekedar pengajaran yang kami berikan sekarang ini. Pendidikan dari kecil kepada mereka akan membentuk hal yang baik ketika mereka telah dewasa nanti, dan semoga hal ini selalu kita terapkan dalam diri kita.

Belajar tidak harus di bangku sekolah atau kuliah saja, bukan? Dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun kita selalu belajar. Tentang sekitar kita, dalam kehidupan kita yang kita jalani... semuanya sekali lagi, mengandung hikmah dan pelajaran tiada henti.
Jadi, ayo kita teruskan perjuangan dalam pendidikan... tak boleh putus asa atau putus semangat.
Untuk beribadah pun kita juga memerlukan ilmu, untuk berkomunikasi dengan orang lain pun kita perlukan ilmunya, dalam hal sekecil apapun itu... kita perlukan ilmunya dan semoga juga bisa membaginya dengan yang lain... InsyaAllah.

Minggu, 04 November 2007

tentang memahami...


12.38 WITA - Senin, 24 Syawal 1428 H / November 2007 M

Dalam sebuah diskusi dengan seorang teman, tentang murid-murid privat kami yang hampir setiap hari bertemu – ternyata ada bagian-bagian yang sedikit terlupakan oleh saya tentang arti ‘memahami.’

Saat itu ada dua murid dan mereka adalah satu teman di kelas, di sebuah sekolah dasar di kota kami. Mereka bertanya hampir semua pertanyaan untuk tugas-tugas yang saya berikan. Entah waktu itu bagaimana... karena saya juga harus membagi waktu dengan murid yang lainnya atau karena sudah agak kecewa dengan pertanyaan-pertanyaan mereka yang semestinya mereka bisa mencari jawabannya di buku paket yang mereka miliki.
Saya sedikit marah waktu itu, namun tidak sampai membuat mereka ngambek oleh emosi saya, karena bagaimanapun saya mencoba menahan hal tersebut meski memang terlihat sukar untuk dilakukan.

Sepulangnya murid-murid kami, saya mengajak berdiskusi teman saya, hingga akhirnya saya mengetahui keadaan sebenarnya tentang mereka...

Salah satu murid tadi, rupanya mempunyai riwayat pendidikan di sekolahnya dengan ‘dibantu’ orang tua dan gurunya untuk bisa naik kelas. Di saat seharusnya belum paham pelajaran dan masih harus duduk di bangku kelas 2 (dua) sekolah dasar, ia dinaikkan. Begitu pula saat kelas 3 (tiga) ia masih juga belum paham pelajaran, kembali dinaikkan di kelas 4 (empat) – dimana adalah kelasnya sekarang di sekolah. Kemudian di rumahnya, saat ia tidak mendapatkan nilai yang bagus – ia sering dimarahi orang tuanya dan dipukuli kepalanya. Dan dia memang terlihat agak pendiam. Saya merasa bersalah dan ingin berbicara dengannya di lain waktu. Saya tidak bisa tidur karena sikap saya dan sikap murid tadi, alhamdulillah di lain hari pertemuan kami – kami sudah akrab kembali dan bisa saling merespon.

Saya menjadi sangat bersyukur, saat dulu ayah (angkat) saya tak pernah sampai demikian sikapnya jika kami anak-anaknya mendapatkan nilai yang buruk. Alhamdulillah, nilai-nilai saya selalu meraih peringkat di kelas. Dan yang saya sesalkan adalah pola orang tua-orang tua sekarang yang ingin anak-anaknya cepat pandai, tanpa mereka susah payah lagi. Bagi mereka belajar adalah di sekolah, sedangkan mereka hanya bertugas mendidik saja di rumah. Keinginan para orang tua ini sungguh membuat saya sedih sekali, mengapa mereka tidak memberikan kesempatan anak-anaknya untuk belajar memahami. Yang penting mereka hanya belajar saja, ditambah saat ini di sekolah, anak-anak dikejar kurikulum yang entah mereka pahami atau tidak.

Pelajaran yang dulu saat saya masih sekolah di SMP, sekarang sudah diberikan di SD. Demikian pula pelajaran yang dulunya saya rasakan di SMK, sekarang sudah diajarkan di SMP.

Saya sangat bangga dan bahagia dengan ayah ibu (angkat) saya yang seorang guru, mereka benar-benar mendidik generasi-generasinya agar memahami dengan mudah apa yang mereka ajarkan, bukan karena mengejar gaji yang tinggi atau asal saja memberikan pelajaran (yang penting disampaikan saja...). Masalah murid mengerti atau tidak, itu urusan murid-murid sendiri...

Mengapa peran guru dan pendidik menjadi banyak berubah?
Memang tidak kesemuanya demikian, namun dalam garis besar – banyak sekali yang demikian.

Saat saya masih duduk di bangku SMK pun, hal demikian saya rasakan cukup menyedihkan hati. Bukankah orang tua kami membayar uang sekolah dengan pengeluaran yang tidak sedikit, sedangkan guru sangat jarang datang ke kelas, hanya memberi tugas ‘kerjakan dan selesaikan!’ tidak diberi penjelasan apa-apa – sehingga nilai-nilai kami saat itu sungguh-sungguh memprihatinkan bagi kami dan kelas lainnya. Ditambah banyaknya siswa tidak mampu, yang mungkin saja tidak mempunyai buku-buku pelajaran paket yang harganya cukup tinggi. Jika buku-buku Lembar Kerja Siswa (LKS), memang diharuskan membeli oleh sekolah biarpun kami tak punya uang untuk membelinya – jika tidak terkadang ada ancaman nilai-nilai kami akan rendah. Jadi saat ini kita tidak bisa menyalahkan anak-anak, karena nilai-nilai di raport tidak semuanya murni.
Saya dulu paling sering dimusuhi teman-teman karena tidak mau memberi jawaban saat ujian atau tidak mengikuti jejak mereka untuk menyontek. Malah jika nilai saya jelek, mereka malah menyalahkan saya karena tidak mau menyontek, walah...!

Dari sejak SD dulu, saya tidak mau memberikan jawaban untuk teman, tetapi jika saya diminta untuk memberikan cara penyelesaiannya atau menunjukkan buku untuk dibaca, saya baru mau...
Kalau kita langsung memberikan jawaban kepada mereka, bukankah malah membudayakan menyontek dan membuat mereka tidak mau berpikir atau tidak mencoba menyelesaikannya melalui petunjuk yang sudah ada? Lagian, nilai murni sungguh-sungguh merupakan nilai yang tidak bisa digambarkan kebahagiaannya...

Kemana perginya guru-guru kami?

Berbeda sekali dengan yang saya rasakan saat masih duduk di bangku SMP di kota kelahiran saya. Saya adalah siswa yang suka memprovokasi untuk mendatangkan guru ke kelas bersama beberapa teman atau memanggil guru yang seharusnya mengajar pada jam tersebut di ruang guru (walaupun banyak teman-teman yang protes pada saya dan saya tak banyak mendapatkan teman karena ini, hehe...).
Namun bedanya – di SMP dulu, banyak guru yang rajin datang mengajar dan memudahkan kami untuk menerima pelajaran, sehingga kami selalu dekat dengan mereka. Dan sedikit jumlah mereka yang suka ‘membolos’ mengajar...
Yang kami sukai adalah mereka rajin mengulang pelajaran, jika banyak di antara kami yang tidak memahami. Dan mereka selalu tersenyum... subhanallah, rasanya saya ingin mengulang kembali masa-masa tersebut.

Lantas saya juga pernah mendengar berita tentang mahasiswa-mahasiswa di Jepang, yang suka berdemo (bukan demo untuk menurunkan pemimpin atau demo masak, lho...) tapi mereka berdemo untuk protes kepada dosen-dosen mereka akibat tidak diberikan kuliah.
Sedangkan di tempat kita, jika tidak ada dosen atau guru di kelas – lebih memilih untuk bersorak-sorai... sesuatu yang sungguh mungkin membuat kita sedih dan miris (atau malah ikut senang...?).

Untuk bapak dan ibu guruku di manapun berada...
Marilah mendidik dengan pemahaman, bukan karena mengejar kurikulum atau harta memenuhi kantong kita. Betapa penting artinya bagi murid untuk bisa memahami... bukankah jika posisi kita seperti mereka, mungkin kita akan merasakan hal-hal yang sama. Allah SWT. sudah memberikan janji-Nya kepada kita, jadi tak usah pedulikan hal lain yang menghalangi ibadah kita kepada-Nya...
Tak boleh pula merasa malas, hanya karena mungkin murid-murid membuat kita merasa il-feel – sebab bisa jadi kitalah yang membuat mereka bersikap demikian...

Untuk ayah dan ibu...
Marilah memberikan yang terbaik untuk putra-putri, jangan biarkan pemukulan terjadi dalam keluarga kita. Bagaimanapun mereka sudah belajar dengan sebaik mungkin, cobalah pahami pelajaran-pelajaran sekarang ini yang ada di sekolah mereka. Kita bisa membantu mereka untuk belajar di rumah, tapi dengan kesabaran yang tiada batas – jangan sampai mereka malah jauh dengan orang tuanya hanya karena perkara kecil. Sedikit saja mereka dimarahi, mereka akan merasakan bahwa orang tuanya tidak mencintainya...
Biarkan saja, jika mereka memang masih tinggal kelas, tak perlu gengsi atau terlalu memaksanya – karena itu yang terbaik untuk mereka agar memahami dunia pembelajaran mereka sendiri. Dengan membantu mereka penuh kesabaran, nikmatnya sangat luar biasa dan tidak bisa tergambarkan oleh hati. InsyaAllah, mereka akan setahap demi setahap memahaminya... tak perlu dipaksa untuk menjadi juara kelas, asalkan mereka sudah ada peningkatan walaupun sedikit, sudah merupakan ‘selangkah lebih maju.’ Sama ketika dulu kita belajar sewaktu masih saat sekolah, pasti merasakan pula apa yang mereka rasakan (meski memang sedikit berbeda).
Bukankah lebih baik sedikit dan bisa memahami daripada dipaksa sedemikian banyak tapi tak memahami sama sekali, kasihan mereka jika nantinya malah tidak mengerti apa-apa. Dan akibatnya malah jauh ketinggalan dari teman-temannya yang lain dalam pelajaran, karena ketidakpahaman.
(saya rasa – banyak sekali buku-buku islami atau informasi tentang motivasi, memahami, dan parenting yang bisa kita baca untuk menambah wawasan. InsyaAllah menjadikan kita semua lebih mudah lagi memahami. Tidak hanya dengan anak-anak saja, tapi juga dengan remaja dan orang dewasa lainnya).

Salam terindah saya untuk murid-murid dimanapun...
(saya juga murid, lho... di sekolah kehidupan)
Ayo belajar dengan giat dan tiada kemalasan. Semua tidak diraih dengan cara instant. Perhatikanlah saat orang tua dan guru mendidik kita, sehingga tidak ada yang terlewatkan apa yang dijelaskan oleh mereka... rajin-rajinlah membaca dan menulis. Kalau suka fotocopy apa saja catatan dari teman, yang kita yang terlewat mencatatnya – tentu tak akan mudah mempelajarinya.
Karena dengan aktivitas menulis, kita bisa langsung membaca dan mengingatnya dengan mudah.
Saya yakin semua pasti bisa...

Ganbatte kudasai !!

Sabtu, 27 Oktober 2007

Because you are so special...


Because you are so special...
(lanjutan dari “kisah-kisah yang apa adanya...”)

Saat pertama melihat mereka memakai pakaian indah itu…aku terpesona dengan pandangan yang benar-benar takjub, subhanallah…
Semuanya begitu indah menghiasi pandangan mataku kala itu, saat aku pertama kali bersinggungan dengan orang-orang yang berjilbab.

Sebenarnya aku merasa malu dengan keadaan yang seperti ini...
Bagaimana ini? Aku pun tidak mengikuti mereka lebih jauh lagi. Aku pun berangan-angan pada cita-cita lama, bagaimanapun nanti entah esok hari memulainya, aku tak boleh melepasnya lagi...meskipun mungkin memang rintangan tidaklah mudah dan begitu berat sampai sekarang ini.

Hari demi hari berlalu...
Aku datang kembali ke tempat itu dan diberi beberapa potong pakaian (gamis) sederhana yang menurutku sudah mewah sekali meskipun itu hanya pemberian orang lain dan pakaian lama. Aku begitu bangga sekali...aku bisa berpenampilan seperti mereka...
Aku pun mencoba beradaptasi, mulai dari cara berbicara, dari cara berperilaku terhadap individu yang berbeda. Aku begitu senang sekali dengan perubahanku ini...
Seolah-olah dunia sudah kumiliki dalam genggaman, wah nggak gitu kali ya...

Beberapa waktu di awal mulanya...saat berada dalam keterasinganku, aku merasa diriku tidak diperhatikan dan dibiarkan mencari sendiri apa yang aku inginkan di lingkungan baruku itu. Tentu saja aku bingung dan rasanya seperti kehilangan semangat, dan mencoba bertahan beberapa jenak waktu...
Lantas aku mulai benar-benar putus asa, bagaimana ini...masih sama saja...
Namun setelah menunggu sekian waktu, akhirnya aku bisa diterima di lingkungan itu dan mulai diperhatikan oleh mereka, bahwa ada manusia yang aneh di sini, hehe...
Dari mereka aku banyak belajar tentang segala sesuatu yang belum pernah kupelajari...dari mereka aku mulai mengerti dan memahami tentang agamaku yang indah ini.

Aku jadi teringat dengan kisah sebuah persahabatan, antara orang Pakistan dan orang Yahudi. Sang Yahudi itu akhirnya masuk Islam karena sahabatnya yang muslim itu seringkali mengatakan “Thank You Allah, life is beautiful.”
Karena penasaran akan keindahan yang terkandung pada ucapan itu, akhirnya Sang Yahudi itu masuk Islam yang akhirnya bisa benar-benar merasakan indahnya lahir dan batin dalam Islam dan sangat bersungguh-sungguh dalam mengarungi kehidupan barunya.

Aku juga teringat dengan seorang sahabat yang kuajak berbicara mengenai banyak hal, bahwa hidup ini memang indah sekali...meski kepayahan, kesakitan dialami dalam jalan yang lurus ini, namun Subhanallah... di sana terletak seni hidup dan aku telah sampai di sini berkat bantuan-Nya Yang Kuasa.
Masa lalu yang telah terlewati itu, tiada terasa lagi dan yang ada kini adalah segala yang teraih di waktu lampau untuk terus istiqomah di jalan-Nya.
Semuanya adalah sebagai motivator kehidupan kita...

Lantas di waktu kemarin, mereka yang di awal mulanya adalah yang memberikan semangat akan semua ini...berkata bahwa semangatnya sudah menguap hilang entah kemana...
Aku bingung menjawabnya...bukankah semua semangat itu lahirnya dari diri kita sendiri, mungkin saja saat ini kita sedang melakukan kesalahan, mungkin saja ada beberapa hal yang tidak berkenan yang semestinya bisa untuk dikomunikasikan, tetapi yang ada hanyalah rasa tidak enak atau malah justru tidak tersampaikan sama sekali dan akhirnya putus semuanya, termasuk semangat tadi...

Because you are so special...
Kata-kata ini cukup berarti, menggambarkan betapa kita semuanya adalah pribadi atau individu yang spesial, kita tidak ada yang menyamai, tidak ada yang Allah ciptakan sama seperti kita meskipun itu saudara kembar.
Betapa spesialnya kita...bahkan Allah memberikan sesuatu yang spesial juga kepada kita, jika kita mau menggali apa-apa yang positif dari diri kita.
Karena spesialnya kita maka apa yang Allah sudah berikan dari nilai-nilai yang ada pada diri kita itu, semuanya Allah tuntun dengan baik dalam naungan Islam.

Tidak menjadi egois, tidak menjadi pemarah, tidak mengutamakan kepentingan diri sendiri, rasa peduli kepada yang lain, dan semuanya yang mungkin membuat keburukan...Allah telah berikan jalan-Nya sehingga kita dapat menjadi yang terpilih dan balasan-Nya pun semakin menjadi spesial dalam naungan cinta-Nya.

Jika kita tidak yakin bahwa kita adalah individu yang spesial, kita bisa melihat pada segala sesuatu yang telah Allah anugerahkan pada diri kita masing-masing...di sana kita akan melihat betapa indahnya keadaan diri kita dengan segala kelebihan kita sebagai manusia yang sempurna (daripada makhluk yang lain).

Marilah kita jadikan kehidupan ini begitu berarti...
Kita bisa mencintai sekitar kita, meskipun minimal kita memulainya dengan dari diri sendiri terlebih dulu. Dan meskipun ada banyak kekurangan pada diri kita bukan berarti kita harus menenggelamkan diri kita ke dalam jurang yang dalam, ayolah...kita semuanya adalah pribadi yang spesial dan tiada yang sama persis dengan diri kita.
Allah tiada melihat pada paras wajah, kaya kita atau hal-hal tampak lainnya yang tampak terlihat oleh yang lain...tapi seperti yang pernah tercatatkan di artikel yang lainnya...
wahai, saudaraku...cinta-Nya jatuh di hatimu...

Sehebat apapun diri kita...semuanya tetap ada yang mempunyai...Allah-lah yang memberikan cinta kepada kita, cinta yang akhirnya tumbuh untuk saudara-saudara kita yang lainnya...tak ada yang berbeda di hadapan-Nya kecuali takwa dan iman dalam diri dan hati kita.

Yup...! because you are so special...

Kisah-kisah yang apa adanya...


Jum’at – Ahad, 26 -28 Rajab 1428 H /10-12 Agustus 2007 M

Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya...
Wajahku ‘kan memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Kuakui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya...
Menjadi diriku dengan segala kekurangan
Menjadi diriku atas kelebihanku
Terimalah aku seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa tak mungkin sempurna
Tetap ku bangga atas apa yang kupunya
Setiap waktu kunikmati...anugerah hidup, yang kumiliki...

(Menjadi diriku – by. Edcoustic)

Hari-hari ini begitu berat terasa. Dengan keadaan uang yang tak seberapa, lalu di kanan kiri penuh dengan keinginan orang lain yang juga harus bisa untuk memenuhinya.

Setelah selesai membayar motor bulan kemarin, yang meski lunas pun masih ada tanggungan karena ada pinjaman yang lain. Rencana yang bulan ini (Agustus) dana kecilku itu bisa terpakai untuk membayarnya – kemudian mamak bilang, bahwa rumah belum lunas dibayar dan biaya itu melebihi dana yang aku punyai. Sementara hasil side job-ku mengajar juga belum turun karena baru separuh bulan mengajar privatnya.

Aku melarang mamak untuk mengambil tabungannya di bank yang masih kupinjam juga karena motor kemarin (aku ngambil yang second aja, karena itupun juga udah berat untuk penghasilanku yang memang pas-pasan, hehe...) dan sebisa mungkin jangan pula mamak menjual perhiasannya.
Aku mencoba tenang...mencoba berpikir, apa ya... yang bisa cepat aku kerjakan untuk bisa menutupi biaya hidup yang tinggi sementara penghasilanku tak seberapa.
Uang lima ratus ribu itu akhirnya kuberikan pada mamak, karena hanya itu yang aku punya untuk membayar kontrakan rumah yang masih kurang enam ratus lima puluh ribu rupiah... dan tetap masih kurang seratus lima puluh ribu rupiah lagi, padahal yang dibayar mamak sudah lumayan tinggi sebesar tiga juta lebih setahunnya.

Aku mencoba menawarkan motorku yang baru lunas ini untuk dijual saja, tapi mamak tidak mau... padahal bagiku, yang penting bisa membantunya dan uangnya bisa dipake buat keperluan lain juga dan bagiku jalan kaki ke tempat kerja juga gak papa... biarpun jauh, begini-begini ‘kan mantan anggota pramuka juga... jadi segala kondisi, ayok aja... mau menjelajah lagi, hehe...

Aku merasa kerdil dalam urusan uang ini. Aku sudah mencoba mengirit untuk beli bensin dan pulsa, itupun kadang pulsa juga tidak terisi, hehe...
Mohon maaf tak bisa hubungi teman-teman di saat lagi tidak ada pulsa dalam waktu yang lama, sabar ya...

Sering disinggung oleh mamak bahwa aku harus bisa cari kerja yang banyak gajinya, tapi dimana-mana tidak ada yang pas dan sesuai dengan hati. Aku pun hanya punya ijazah SMK saja...Belajar bisa dimana saja dan dengan siapa saja, kan... ingin sih kuliah, tapi keperluan amat banyak sekali yang lebih penting, jadi pinjam dulu buku dari teman-teman, ya...

Dan aku selalu bilang pada mamak, yang penting bekerjanya tenang dan juga barokah, kalau sudah begini kadang mamak suka marah... maklum, beliau juga masih harus terus diajak pada keindahan Islam ini...jadi harus bersabar menghadapinya, meski kata-katanya banyak melukai – tapi dia juga baik, jadi sisi baiknya aja yang diliat, ya...
Tapi yang penting jangan sampai menyinggung hatinya saja... karena semua yang kita pegang ini menyangkut tanggung jawab kelak. Takutkan dan harapkan Allah SWT semata...

Apalagi belum tentu dengan banyak uang aku bisa berhemat, malah bisa-bisa uang itu habis untuk beli buku saja, sedangkan keperluan banyak yang lebih penting dan juga tidak mau bila uang yang ada itu malah tidak membuat bersyukur hanya untuk berfoya-foya saja, meski tidak demikian... tapi, jika sudah pegang uang...hmm, mataku rasanya tak bisa jika sudah lihat buku-buku yang dipajang di Gramedia atau toko buku Islami terdekat, hehe...
Kadang juga, iya... aku belum bisa bantu mamak untuk memberinya hasil jerih payahku selama ini, ada – tapi itu tidaklah seberapa. Bagiku, uang sekian ratus saja sudah cukup... tapi bagi orang tua, mereka tentu juga mengharapkan sesuatu, meskipun kami baru juga beberapa tahun tinggal bersama...

Semoga nanti bisa usaha sendiri biarpun dengan mencicil, entah apapun itu... yang jelas tidak mau kerja kantoran lagi, bener-bener mo usaha aja... punya home industry gitu deh, ngembangin hobi yang lumayan, jika sebenarnya mau menekuni dengan baik...
Do’akanlah aku, wahai mamak yang tegar...

Namun hikmah yang dapat diambil adalah bahwa semuanya harus tulus untuk dilakukan, Allah SWT mengetahui rejeki yang ingin diberikannya kepada kita. Takut bila melebihi yang ada, malah justru tidak bisa menggunakannya dengan baik dan belum siap untuk menjadi kaya...
Tapi boleh ‘kan kaya yang lain, “kaya hati”...memang, ini masih harus terus diasah biar bisa demikian...

Kemudian juga, bahwa meskipun kebutuhan bertumpuk... tapi harus tetap bisa dimanajemen dengan baik. Mungkin perpaduan manajemen sabar dengan manajemen keuangan kali ya...
Semoga saja bisa... InsyaAllah...

Hari Ahad pagi ini, aku sudah berada di ruang kerja sendirian, hehe...
Ya jelas aja, semuanya lagi sibuk ada acara dan juga rapat ama temen-temen ‘kan masih sore nanti. Lagian hari ini ada jadwal mengajar dan juga aku harus searching bahan di internet untuk tema beberapa hari ke depan, untuk program acaraku di radio...

Sebelum berangkat tadi, seperti biasa aku tidak sarapan... kasihan juga mamak belum masak, t’rus tadi juga udah bantuin jualan. Semoga sukses ya, mamakku...

Lalu, aku melihat sepatuku satu-satunya yang ku-punya. Hari Ahad kupikir nggak usah pake sepatu ya... ingat ama temen liqo’, dulu ada yang komentar ketika aku pake sepatu, dia malah bertanya aku darimana – dia bilang kalau pake sepatu itu hanya hari-hari kerja saja... hehe, iya sih...
Tapi ‘kan dia tidak paham keadaanku ini... jadi bisa dimaklumi dan dipahami, aku hanya tersenyum saja padanya... akhirnya aku berangkat pake sandal jepit aja hari ini...

Pernah karena sandal jepit ini, aku ditegur ama Mbak Ambar, “ukhti...performance”, hehe...iya, mbak... dan akhirnya hanya beberapa waktu saja sepatu itu kupakai lagi...
Tapi kadang kok nggak nyaman ya kalo pake sepatu... melihat teman-teman akhwat yang lain, aku belum bisa seperti mereka yang punya banyak baju, tas, sandal ataupun sepatu yang matching untuk dipakai...
Lha aku, hehe... sandal jepit cuman punya dua, yang satu kupakai di rumah dan yang satu untuk ke mushola di tempat kerja. Sepatu juga cuman satu, apalagi tas... juga cuman satu...
Tapi gak papa kan? Alhamdulillah, meski udah butut dan lawas... masih bisa berfungsi dan menemani aku pergi kerja di sini dan pergi kemanapun... J

Baju... mungkin temen-temen kalo datang ke sini bosen ya ama bajuku *_* ...
Baju rumah cuman punya dua potong (cuci – kering – pakai) begitupun baju kerja, mungkin lima ampe enam potong aja, itupun aku dah mencoba untuk memakainya bergantian setiap harinya...
Maklum, memang beginilah adanya... lagian, aku juga masih belum begitu mementingkan itu semua, yang ada aja dulu dipake, ya...
Bukan aku tak bisa membelinya... tetapi ada keperluan lain yang jauh lebih penting dan lebih mendesak. Ya... maafkan aku atas keadaanku ini, ya teman-teman... jika bosan dengan penampilanku, hehe...

Nah, jadi teringat sesuatu tentang ke-penting-an serta nilai syukur dan cukup (qana’ah), nih...
Seorang teman ikhwan, saat ia mengatakan, “aku ingin mengejar banyak ketertinggalanku...” aku jadi termangu dan berpikir, melihat pada diri sendiri... lha, dia yang punya banyak amanah dan juga punya banyak hapalan Al-Qur’an saja, masih banyak yang harus dikejar.

Sedangkan aku... walah! lebih banyak lagi yang harus dikejar.. apalagi jika melihat ulang pada masa laluku yang buruk dan tidak beraturan, waktu hanya untuk bersenang-senang tanpa ngerti apa-apa, belum ada ‘ngeh’ untuk belajar agama, dan itupun baru belajar ngaji setelah kelas dua SMP saat temenku yang yang baik ngasih buku iqro’ ke aku (kami suka berebut rangking di kelas...antara 1 sampai 3 besar, dia nggak pernah rangking 1, hehe... lantas udah sepuluh tahun ini kami gak pernah ketemu lagi, jadi gak terlalu banyak tahu lagi deh, kabarnya teman itu di sana – hanya terakhir kabar, dia sedang menyelesaikan skripsinya dan kuliah di Universitas Negeri Surabaya ato disingkat UNESA), moga-moga sukses ya...

Ok deh... lanjutin lagi aja...
Wiiks, karena malu udah gede belum bisa baca Al-Qur’an... akhirnya aku mencoba untuk belajar sendiri dan syukurlah masih ingat huruf hija’iyah, sewaktu kecil ada pengajian di langgar dulu (aku murid yang bandel dan suka bolos, padahal ngajinya ‘kan gratis... hehe... biasanya Bu Dhe yang suka ngingatin aku untuk ini, sekarang beliau sudah wafat, maafkan aku ya Bu Dhe... suka abaikan nasihat – sekarang sudah tidak lagi, semoga Bu Dhe mendapatkan tempat yang terindah di sisi-Nya...amiin).

Dan juga aku sempat vakum beberapa waktu karena tidak memakai pakaian takwa... aku terus bertekad agar terus bisa memakainya, apapun halangan dan rintangannya seperti sekarang ini yang terjadi di keluargaku...semoga bisa kulalui dengan baik, Ya Rabbi...

Dan sekarang jika ada hal yang masih belum paham juga, aku tidak malu lagi bertanya... karena ini demi pengetahuanku dan juga waktu yang Allah berikan, semoga tidak tersia-sia...
Alhamdulillah... akhirnya aku bisa membaca Al-Qur’an juga dan masih harus banyak belajar...

Aku jadi iri dengannya – teman yang tadi bilang “aku ingin mengejar banyak ketertinggalanku” (tapi iri yang baik, lho ya...), aku juga ingin berlari untuk mengejar ketertinggalanku yang masih lumayan panjang daripada-nya dan teman-teman lainnya yang udah tarbiyah lebih dahulu, yang mungkin udah terbentuk dan terpolakan sejak masih kecilnya...
Semoga Allah masih berkenan memperpanjang usiaku ini dan mengijinkan aku untuk terus memperbaiki diri...

Kemudian di lain cerita, pernah seorang teman datang ke rumah. Saat itu aku sedang mengupas kelapa pake parang (misahin batok kelapa ama isinya), dia malah melihatku sambil menunggu...
Eh, jangan senyum-senyum begitu...
Di kantor emang pegang komputer, kertas, polpen dan lain-lain...
Di rumah, ya, bantu jualan sayur begini, mo ngerjain apa aja ya, ayok...hehe...

Apalagi dulu, aku ini suka nyangkul di sawah dan di kebun, lho...
Suka manjatin pohon mangga, pohon salam, pohon mentega dan jambu air di rumah saat masih kecil di desaku dulu... Cari bambu buat kandang ayam dan juga pagar sawah, kadang aku juga iseng buat sumpit atau celengan...
Ayah (alm. Fatchul Moebin) pernah bilang padaku, “makan kok dicutik-cutik gitu...” (karena aku makan pake sumpit, jadi ayah komentar lucu begitu...), padahal aku ‘kan cuma iseng aja dan juga pingin belajar pake sumpit itu gimana, soalnya aku suka belajar kebudayaan Jepang dan bahasanya juga, hehe... namanya juga anak kecil yang serba ingin tahu J... (eh, ayah juga pernah sedikit mengajariku bahasa Jepang, lho... karena beliau pernah hidup di zaman ketika Jepang menjajah Indonesia – beliau lahir di Kediri, 11 Desember 1933 dan meninggal pada bulan Ramadhan tepatnya 20 Januari 1998).

Aku juga suka membuat layang-layang besar bersama ayah berbentuk kupu-kupu dan pesawat, pokoknya layang-layang kami adalah layang-layang terbesar di desa kami waktu itu...
Membuat lampion dan prakarya sekolah lainnya bersama ayah dari malam hari tak ada tidur hingga paginya...

Pernah juga ayah mengerjaiku, beliau membersihkan kalen (sungai kecil) di belakang rumah kami, lalu beliau memasukkan sesuatu ke dalam timba hitam bersama air kalennya yang keruh... dan memanggilku yang sedang membantu ibu memasak... kata ayah, yang ada di timba itu adalah ikan dan aku disuruh mengambilnya... tapi kurasa licin sekali dan susah menangkapnya meski hanya di timba... ayah hanya tertawa saja dan aku merasa sedang tidak dikerjai... lalu setelah puas tertawa dan aku menyerah, ayah lalu menuangkan isi timba itu ke tanah... aku langsung kaget dan berteriak, wah ternyata isinya belut dan bukan ikan... aku ‘kan ngeri ama belut soalnya seperti mirip ular, sih...

Aku juga menambal sendiri ban sepedaku yang seringkali bocor karena sekolahku lumayan jauh di kota, sepanjang tujuh kilometer dari desaku dan hanya aku dari desa ini yang sekolah di sana (padahal pinginnya ada yang lainnya, supaya ada teman juga...) ayah ingin aku masuk sekolah favorit waktu itu, jadi lumayan capek juga, hehe... terkadang beliau juga suka mengantar dan menjemputku kalo beliau tidak sedang sibuk, dengan motornya yang setia...
Aku harus bangun pagi-pagi sekali, kadang jam 03.00 aku sudah memasak dan bersih-bersih pekarangan rumah – rumah kami lumayan besar dan luas, tetapi di setiap tepinya ada pagar tinggi dari batu bata dan semen (wah, untungnya gak ada maling yang bisa saja ada, karena beberapa waktu desa kami mulai tak aman – bahkan ayam ayah pun dicuri orang juga) karena sekolah masuknya jam 06.30 WIB dan tak boleh terlambat... kalaupun sarapan, yah... sarapannya habis deh di tengah jalan karena mengayuh sepeda, hehe...

Aku juga suka mancing ikan bareng ayah (biasanya juga sama kakakku yang pertama, Mas Mad – nama lengkapnya Muhammad Zaenuri, di desa asalnya di daerah Jember – aku baru mengenalnya ketika kelas 6 SD, karena aku dan kakak-kakakku berpencar tanpa diasuh oleh orang tua kandung).
Wah, padahal aku ini anak perempuan... tapi dekatnya ama ayah, jadi kerjaannya banyak yang kerjaan laki-laki gitu deh... pokoknya banyak banget...

Jadi apapun itu, ayok aja... asal bukan beberapa hal yang kusebutkan di masa kecilku ini... J
Mau ngajakin aku menulis, ayok aja... mau diskusi, ayok aja... mo ajakin ketrampilan, ayok juga... apalagi mau mengajari dan menasihatiku, pasti akan kuterima dengan senang hati, hehe...

Kata ayah dulu sebelum beliau wafat adalah “terhadap segala sesuatu, pekerjaan apapun itu, jangan mengatakan tidak bisa, tetapi katakanlah belum bisa.”
Karena efeknya berbeda... jika tidak bisa, kita akan terus menganggap diri kita tidak bisa. Tapi kalo belum bisa, kita pasti akan terus belajar sampai bisa...
Kemudian kakakku Mas Mad juga pernah bilang, selama pekerjaan itu masih tampak oleh mata kita... pasti bisa kita lakukan dengan baik (waktu itu aku bertanya, kenapa Mas Mad bisa masak banyak masakan dan juga bisa ngerjain banyak kerjaan, dan kakakku ini menjawab begitu... meski kadang juga masih gak ngerti).

Terima kasih ayah...beliau adalah ayah angkatku (tapi tak tampak demikian...) yang mengasuh dan membesarkanku sejak aku berusia dua tahun hingga usia remaja bersama ibu (almh. Siti Romlah Maryati) mereka adalah orang tua dan guruku yang sangat baik... dan mereka juga guru orang lain (karena profesi ayah dan ibu memang guru, selain itu ayah macam-macam juga profesinya... petani iya, peternak iya... ketua LKMD iya, ketua RW juga iya,dll, hihi...) kini beliau dan juga ibu sudah tiada... semoga Allah SWT membalaskan segala kebaikan mereka...
Thank you Allah...

Oh ya... pernah tertulis tentang nasyid dari Suara Persaudaraan “Kenangan bersama ayah”, itu pas banget ama keadaan aku, dan memang banyak kenangan indah yang tidak bisa hadir kembali. Dalam sebuah hikmah pernah tertuliskan – yang terjauh adalah masa lalu atau kenangan kita, yang terdekat adalah maut yang menghampiri kita, yang termudah adalah meninggalkan sholat, yang terberat adalah amanah, lainnya kok jadi lupa, ya... mungkin teman-teman bisa menambahkan yang terlupa ini...

Dan di usiaku yang ke delapan belas di tahun 2001 lalu, aku baru bertemu orang tua kandungku di Balikpapan ini, begitulah kehidupan terus berjalan, bukan...
Tak ada yang perlu disesalkan, suka duka telah terjadi selama ini... jadi mari tatap esok hari ke depan... semoga lebih baik dari yang sekarang dan kemarin kita lakukan...
InsyaAllah...

Jadi, jangan menjauh dari aku, ya... wahai saudara-saudaraku (teman-teman) yang aku cintai...

I love you all coz Allah SWT...

Dalam haru biruku, aku selalu berdo’a semoga ukhuwah ini terjalin lama dalam cinta-Nya...

Kalian yang telah banyak mengajariku dan memberi semangat padaku...
Kalian yang telah mengajakku ke dalam indahnya Islam ini...
Di masa sulit ataupun senang, semua kita lalui bersama...

Biarpun aku bukanlah orang yang bisa menghidangkan banyak hidangan padamu teman-teman semua, ketika singgah di rumah kontrakan mungil itu, aku masih bisa menghadirkan teh atau air putih untuk kalian...semoga berkenan, ya...harap maafkan...

Meskipun, aku orang yang punya banyak masa lalu buruk – tetap ajaklah aku pada kebaikan yang hanya harapkan ridho Allah semata...

Meskipun mamakku orang yang suka marah dan kesal terhadap teman-teman jika sedang bersinggah, tetaplah senyum untukku dan jangan bersedih akan itu, beliau hanya sedang mengalami banyak hal tentang kehidupan ini, harap bersabar...

Meskipun, aku hanya orang yang tak punya banyak hal, tapi aku bisa menghadirkan senyum dan apa saja yang bisa kuberikan dan kubantu untukmu semua...biarlah aku merasakan kepahitan di rumah itu dalam kesendirian, tapi temanilah aku selalu dalam melangkah menuju keindahan cinta-Nya...

Meskipun, aku tidak bisa memberi banyak pendapat dan sedikit bicara...tapi ijinkanlah aku untuk bisa banyak belajar mendengarkan, karena ini yang bisa kulakukan untuk mendengar kisah-kisah dan alhamdulillah bisa digunakan untuk bermuhasabah setelahnya...subhanallah, manfaatnya luar biasa atas hikmah mendengarkan dari kalian semua...aku banyak belajar.

Meskipun, aku tak bisa berbuat banyak...ijinkan aku untuk menemani dalam hal apapun, agar aku bisa melakukan apa yang ada di sana karena keindahan ini Allah yang ciptakannya untuk kita...
Semua atas ijin-Nya semata...ijinkanlah aku untuk bisa terus menemani dalam naungan indah dakwah ini...


doomo arigato gozaimasu... maafkan atas banyaknya ‘meskipun’ ini...wahai saudara-saudaraQu...

I love you all coz Allah SWT...

Mengejar ketertinggalan...


Kamis, 2 Rajab 1428 H / 16 Agustus 2007 M
9.40

Judul ini juga terambil dari sebuah diskusi bersama teman. Cukup bagus untuk kita simak dan kita renungi untuk diambil hikmah di dalamnya bersama. Setuju ya?
Waktu berjalan dengan begitu cepat dan usia kita pun semakin merangkak senja. Apa saja yang sudah saya lakukan selama beberapa waktu ini yang terlewati, seolah mengisyaratkan bahwa memang semua yang ada ini hanya sementara adanya. Tidak ada yang abadi...
Kecuali hanya Allah SWT.

Dari sekian waktu yang terlewati itu, kisah-kisah yang mengajarkan akan arti kehidupan begitu berarti bagi saya, dan saya merasa di sanalah pembelajaran itu harus terus dilakukan sepanjang usia agar jangan ada yang tertinggal dalam menambah pengetahuan dalam kehidupan ini.

Menjadi orang yang tertinggal memang tidak enak... sebagaimana ketinggalan bus... ketinggalan jemputan... atau ketinggalan suatu barang yang diperlukan di suatu tempat. Semisal dompet yang tertinggal di rumah...
Pernahkah... kita bayangkan dan coba merasakan ketertinggalan kita dalam ilmu, akhlak dan sebagainya... adalah sama semisal kita ketinggalan jemputan, atau meninggalkan barang penting di rumah, kehilangan barang yang penting, ditinggal oleh orang yang dicintai. Uh, teruk-lah kata orang Malaysia.

Ketertinggalan kita dalam hal ini mungkin bagi orang lain terlihat kecil...namun bagi saya ini sangat besar. Mungkin di waktu yang sudah saya lewati, ternyata saya masih saja berasyik masyuk dengan indahnya dunia ini dan melewatkan waktu demikian saja tanpa perubahan apa-apa.
Padahal seperti yang sudah tertulis di atas...bahwa waktu sudah semakin merangkak senja, lantas kapan waktunya memperbaiki diri jika tidak dari sekarang dimulai dan benar-benar dilakukan.
Bukankah ampunan-Nya Maha Luas, lebih luas dari dosa-dosa dan kesalahan kita yang sudah mengangkasa?
Begitu tidak enaknya tertinggal...dan tentu membutuhkan banyak waktu untuk mengejar ketertinggalan kita. Waktu yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya agar sampai di tempat tujuan dengan selamat dan penuh kerinduan kepada-Nya. Dan semoga perjalanan kita dalam menempuh ketertinggalan kita adalah lebih jauh dari semua ketertinggalan kita sebelumnya. Sehingga bekal kita memadai dan layak untuk diberikan kepada-Nya dengan segenap hati.

Jadi...
Masihkah saja diri terdiam di sini atau segera mengejar ketertinggalan kita?
Marilah bersama-sama menuju keridloan dan cinta-Nya semata.
Walaupun berat halangan dan rintangan kita di jalan ini, tetaplah kita berlari dan jangan ragu untuk menempuhnya. InsyaAllah dimudahkan pada kita untuk menempuhnya...

Allahu Akbar!!

Selasa, 09 Oktober 2007

Sederhana di hari yang fitri...

Subhanallah walhamdulillah...Tiada terasa sudah masuk hampir di penghujung Ramadhan, dan semoga kita menjadi pemenang di akhirnya.

Mungkin banyak yang sudah dipersiapkan menjelang hari Raya Aidil Fitri...?

Semua mall, supermarket hingga tempat-tempat jualan yang kecil pun sibuk menyambut datangnya hari Raya ini. Mulai dari diskon besar-besaran hingga menjual paket-paket hari Raya, bersaing dengan tempat-tempat lainnya agar bisa mendatangkan konsumen lebih banyak. Begitupun jalan-jalan terasa macet dari pagi hari hingga malam hari di sejumlah wilayah kota.

Menyambut bulan Ramadhan beberapa waktu lalu, apakah ada juga suasana seceria menyambut hari Raya ini?
Bukankah seharusnya penyambutan besar justru adalah ketika menyambut Ramadhan dan bukan hari Raya-nya? Hari Raya adalah hadiah dari Allah SWT bagi insan-insan yang menjalankan ibadah di bulan Ramadhan-nya dengan baik serta mampu mengendalikan diri dari bahaya lisan, hati, dan anggota tubuh yang lainnya, bukan hanya sekedar menahan rasa lapar dan dahaga saja.

Terkadang yang tidak tersadari adalah kita mungkin sering melalaikan keadaan di sekitar kita. Ada orang-orang yang berpuasa dengan sekedarnya, entah apakah mereka merasa cukup untuk sekedar sahur atau berbuka puasa. Sedangkan kita, mungkin juga sering mengatakan, “makan apa nih?” pada ibu kita di rumah, saat kita telah pulang dari tempat kerja kita (tentunya bagi yang bekerja, ya... J).
Kemudian pun, saat mereka akan berhari Raya – tak banyak yang bisa mereka persiapkan, baik kue-kue lebaran atau sekedar membeli pakaian baru.

Ada sebuah melodi yang dinyanyikan oleh Hedi Yunus berjudul “Ku bersyukur jadi muslim...” :

ku bersyukur jadi Muslim
bahagia jadi Muslim
semoga iman kita selalu terjaga
bila kita sama muslim, kita adalah saudara
tiada berbeda satu dan yang lainnya

bila ada yang berbeda
atau ada khilafiyah
bukan berarti kita harus berpisah
bila ada yang tak sama
sampaikanlah penuh cinta
semoga Allah menuntun kita semua

semoga kita selalu dalam ampunan Allah
dan selalu dalam lindungan dan rahmat-Nya
jauhkanlah dari segala godaan dan dosa
yaa Allah... tuntunlah hamba-Mu...

Ya, karena kita adalah saudara sesama muslim... jika ingin menjadi seorang muslim yang sukses, dikatakan oleh seorang teman bahwa harus rela berkorban untuk sesama saudaranya – tidak egois, menang sendiri dan juga tidak berlebih-lebihkan dalam segala sesuatu.
Dan bukankah Allah tidak menyukai orang yang suka berlebih-lebihan...?
Nah, ada beberapa lirik nasyid yang berkaitan dengan saling berbagi... coba deh, simak liriknya...

semua insan sama di hadapan Tuhan-nya
tiada yang membedakan di antara dirinya
satu yang paling mulia
manusia di sisi Allah
ialah manusia yang bertakwa pada-Nya

manusia di dunia tak ada yang berbeda
Allah ciptakan sama dari segumpal darah
oleh itu kita jangan membeda-beda
kemiskinan dan kekayaan sesama kita

jadikanlah semua itu
sebagai bekalan kita di dunia
sebab Allah berikan rizki pada kita
dengan adil penuh keridloan...

(Semua insan sama – by. Shoutul Haq)

kata-katamu tak sempat lamakan lampu merah
cepat kau menepi menghitung kepingan rupiah
arif tak peduli walau panas hujan menerpa
untuk sebuah kehidupan
anak kecil berlarian di belantara kota
bernyanyi dengan alat musik sangat sederhana
arif tak peduli, masa kecilnya terampas
bahkan cita-citamu hampa...

sepuluh, seratus, bahkan seribu, seratus ribu, bahkan sejuta arif menunggumu
uluran tanganmu demi generasi jauh disana...

pernahkan kau pikir andai kau arif sebenarnya
berjuang menepis keangkuhan kota
arif tak peduli hatinya terbentur paparan
bahkan cita-citamu hampa

(Sejuta arif – by. Edcoustic)


Intro :
Lihatlah bocah-bocah kecil yang hidup dari keramaian kota Jakarta
Mereka mengadu nasib mereka, mencari sesuap nasi
Bahkan untuk kehidupan keluarga
Mereka tak ingat sekolah, merekapun tak bisa berbuat apa-apa
Mereka hanya terpanggang terik matahari
Mereka harus mengadu nasib di kota ini
Berikanlah kepada bocah-bocah jalanan
Mereka juga ingin menggapai cita-cita, seperti kita semua...

Kuberjalan di antara gedung-gedung yang tinggi menjulang
Di antara kerlap-kerlip cahaya lampu yang benderang
Kusaksikan tubuh kecil yang letih di pinggiran jalan
Hanya beralaskan lembar koran berselimutkan malam

Intro :
Jangan biarkan bocah-bocah bangsa kita terlantar
Berikanlah harapan kepada mereka
Mereka yang tinggal di kolong-kolong jembatan
Mereka yang hidup di dalam rumah-rumah kardus
Merekapun ingin bahagia
Dan ingin merasakan manisnya masa kanak-kanak mereka
Berikanlah senyum kepada mereka
Agar mereka bisa menatap masa depan
Dan menggapai cita-cita

Masih panjang jalan di hadapan mereka yang terbentang
Jalan yang penuh dengan rintangan dan penuh cobaan
Berikanlah kasih sayang dan secercah titik harapan
Kasih sayang yang kini telah hilang
Harapanpun sirna

Ya Allah Ya Tuhanku...
Kasih-Mu pasti ada kepada mereka yang disana
Jauhkanlah mereka dari beban dan derita
Mendera dan membuat diri tersiksa

(Anak Jalanan – by. Snada)

Ramadhan adalah bulan yang sungguh-sungguh mulia, tamu yang tiada duanya, dan memberikan banyak keutamaan-keutamaan di dalamnya. Dan disana ada masa-masa untuk saling berbagi dengan yang lain... apalagi di hari menjelang Aidil Fitri, bagi yang mampu bisa berbagi melalui zakat fitrahnya untuk bisa bersama-sama menikmati Aidil Fitri bersama yang lain – tidak ada pembeda antara yang miskin dan yang kaya, yang membedakannya di hadapan Allah ialah keimanan dan ketakwaannya...

ayo bangunlah di malam yang indah
malam penuh kemuliaan dari seribu bulan
songsong karunia yang Allah berikan
dengan penuh ketakwaan raih kemenangan

malam itu 'kan segera tiba
perhiasan terindah di bulan Ramadhan
sepenuh hati kita menantinya
pada Allah mengharapkan rahmat dan ampunan

hening malam itu begitu syahdu
hanyut dalam alun dzikir mendayu
memohon ampunan-Nya
mengharap keridloan-Nya
dan berjuta keutamaan

(Malam impian – by. Suara Persaudaraan)

Ya... mumpung masih ada beberapa hari di bulan Ramadhan ini, semoga kita bisa semakin menambah kualitas ibadah kita serta menambah keyakinan kita akan kebesaran Allah SWT yang sudah memberikan Ramadhan spesial dan istimewa kepada kita semua. Bagi yang sedang ber-i’tikaf... ya selamat ber-i’tikaf saja... semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT dan juga bisa mendapatkan “malam impian” yang lebih mulia daripada seribu bulan yaitu malam Laitatul Qadar...

Mari kita jadikan moment Ramadhan ini menjadi waktu-waktu yang berharga dengan terus meningkatkan ibadah kita hingga mendapatkan kemenangan di akhirnya dan jangan melupakan sekitar kita yang mungkin selama ini kurang atau malah tidak pernah kita perhatikan.
Dan bulan Ramadhan ini-pun juga menjadi ajang kita untuk bisa berbagi bersama mereka, karena mereka juga saudara-saudara kita – yang ingin pula kita sapa dan kita silaturahim-in...

Apalagi jika di Hari yang Fitri kali ini kita dapat berbagi dengan yang lain yang masih harus kita perhatikan.
Jika merasa sedih, maka dengan melihat senyum kebahagiaan mereka... adalah beberapa nilai kebahagiaan kita pula, karena dengan berbagi itu... kita dapat merasakan sesuatu yang selama ini tidak kita rasakan. Jika tidak percaya, maka kita bisa mencobanya kini... dan tidak menunggu waktu nanti.

Dan tiada yang membedakan kita dengan mereka kecuali iman dan takwa di hadapan Allah SWT.

Subhanallah... Alhamdulillah... Allahu Akbar !!


Selasa, 04 September 2007

beberapa tulisan...

Silaturahim...

Sebentar lagi menyambut bulan Ramadhan penuh berkah...
Semoga amal kita semua diterima oleh Allah SWT. Amiin.

Terkadang kita sangat sibuk dengan berbagai urusan yang berkaitan dengan dunia ini. Mulai dari pekerjaan, keluarga, dan yang lain-lainnya yang begitu kompleks menghiasi kehidupan kita.
Saking sibuknya, kita-pun juga mulai sedikit demi sedikit menjadi jarang untuk mengunjungi saudara kita, teman-teman kita, ataupun orang-orang yang kita kenal lainnya. Mungkin kalaupun sempat, itu pun juga pas lebaran atau karena ada suatu keperluan saja. Sedangkan hari-hari biasa, tentu kesibukan amat menyita waktu kita...
Silaturahim... salah satu kata yang mudah terucap, namun cukup sulit untuk dilakukan. Kan ada telepon, ada e-mail, ada post dan lain-lain yang merupakan alat untuk berkomunikasi, itu alasan kita...
Padahal tanpa kita sadari, betapa banyak hati merindu... telepon hanya mendengar suara saja. Tetapi pertemuan adalah lebih bermakna dari sekedar telepon. Begitupun juga alat berkomunikasi yang lainnya.
Ada keluarga jauh yang merindukan kita untuk segera bertemu, ada teman-teman lama kita yang telah kita tinggalkan di kampung halaman, ada suara dan gelak tawa dari sahabat kita, yang tidak bisa tergantikan dengan hanya melalui alat komunikasi.
Ya...semua itu memang memudahkan kita untuk berkomunikasi, tetapi alangkah lebih baik jika kita berkunjung untuk menanyakan kabar, membawa oleh-oleh yang meski hanya sederhana saja, melihat wajah-wajah yang telah lama tidak bersua...
Hmm...rindu sekali...

Ittaquullaha washilu arhamakum – bertaqwallah kepada Allah dan bersilaturrahimlah.

Dan jangan sampai kita terlambat untuk berilaturrahim. Karena kita tidak memahami, sejauh mana usia kita. Ketika waktu masih sempat untuk kita gunakan, maka semoga dapat kita gunakan dengan baik.
Dan sangat tidak disukai oleh Allah dan Rasul-Nya, jika kita memutus tali silaturahim. Jangka waktu yang diberikan kepada kita hanya cukup tiga hari saja untuk saling tidak berkomunikasi apabila ada perselisihan – setelah itu, maka kita harus bisa menyambung kembali tali yang telah putus sementara.
Yang menyapa dan memberi salam terlebih dahulu, adalah lebih utama dalam hal ini.
Jadi siapa nih yang masih berselisih...?
Semoga tidak lagi, dan dapat menikmati indahnya ukhuwah kita ini. InsyaAllah...


Bila kita kehilangan cinta...

Kehilangan cinta sama dengan kita kehilangan hampir separuh dari kehidupan kita. Jika kita tidak punya cinta, akan sulit mengekspresikan keinginan, harapan dan juga sesuatu yang bisa kita berikan pada orang lain. Jika cinta tidak hadir, kita tidak akan menjadi orang yang seperti sekarang.
Mengapa? Orang tua mempunyai cinta, kesabaran dalam mendidik dan membimbing kita hingga kita menjadi besar seperti sekarang ini. Kemudian kita mempunyai saudara-saudara yang menyokong dari belakang atas segala semangat yang ada yang membantu kita untuk berdiri.
Bagaimana bila kita kehilangan cinta yang lain? Cinta pada makhluk-Nya atau pada Allah?
Jika ditolak atau tidak diterima, tidak usah takut dan cemas...karena Allah SWT masih mencintai kita semua. Saat kita berpaling dengan mencintai yang lain dalam keadaan semu, cinta Allah selalu hadir tanpa pernah berkurang sedikitpun.

Bahkan Allah senantiasa menanti kehadiran kita untuk menghadap-Nya, bersujud dan berdo’a kepada-Nya.
Bagaimana jika cinta kita tidak bisa ber-bentuk? Berarti kitalah sebenarnya yang tidak mengetuk hati kita untuk mencintai.
Hal itu fitrah bagi kita, tetapi bagaimana kemudian mengemudikannya agar sesuai dengan jalan yang sudah ditetapkan-Nya? Karena itulah kita harus terus belajar untuk mencintai-Nya dan dari sana terbentuk cinta kepada makhluk-Nya karena mengharap ridlo-Nya semata.
Masih bingung dengan urusan cinta? Tanya saja dengan hati kita sendiri? Dan juga pada yang ahli...agar cinta kita tidak salah kaprah dan berjalan di jalan yang tidak diridloi-Nya.
Jangan-jangan kita telah banyak melupakan Allah, sehingga cinta itu tidak hadir dan hinggap untuk memberikannya pada yang lainnya.
Dari cinta itu, jika kita ingin mengetahui...di sana, terlahir ukhuwah yang tiada habisnya. Terlahir generasi-generasi yang penuh didikan cinta yang berjalan di indahnya jalan cinta menuju-Nya.


Jadi, mengapa masih suka marah tanpa sebab? Mengapa masih suka mengeluh dengan urusan yang remeh temeh? Mengapa mempersoalkan sesuatu yang seharusnya bisa diselesaikan dengan cinta damai?


Tak perlu berdebat panjang karena perbedaan, bukan? Perbedaan itu adalah menyatukan kita seharusnya. Kita lihat banyak perbedaan, namun mereka saling melengkapi. Ada darat dengan lautan, ada bumi dengan langit, ada pasangan-pasangan berbeda yang bersatu disana.
Masihkah belum hadir juga cinta itu dengan melihat bukti kebesaran cinta-Nya?
Jika demikian, selamat mencari hingga dapat. Jika sudah dapat, berikan cinta itu kepada yang berhak menerimanya dengan cara yang ihsan.
Tetapi cinta hakiki, tetap adalah cinta pada Illahi Rabbi – cinta yang abadi...


Sabtu, 11 Agustus 2007

Beberapa tema Morning Share yang telah dibahas...

Tema-tema yang telah dibahas pada Program Acara Morning Share

Untuk sobat muslim...Azizah mohon maaf jika ada beberapa tema yang tidak tertulis di sini, karena beberapa waktu Azizah sakit dan juga tidak sempat merangkumnya. Serta hanya berupa komentar dari sobat muslim semua, tidak ada pembahasannya secara lengkap...
InsyaAllah, dimudahkan oleh Allah SWT dan terima kasih atas segala dukungan serta do’a dari sobat muslim semuanya...

Oh ya...untuk sobat muslim yang pelajar dan mahasiswa di Balikpapan...

Ikuti dan hadiri...
Refleksi 62 tahun Kemerdekaan Republik Indonesia
Hari Ahad, 18 Agustus 2007 M
Jam 20.00 WITA
Bertempat di halaman parkir kampus Akademi Akuntansi Balikpapan(AAB)
Gunung Pasir - Balikpapan
Acara : berupa pemutaran film dokumenter serta muhasabah
Menghadirkan :
Ketua Legiun Veteran Balikpapan – Bapak Baginda
Ketua Komisi IV bidang Pendidikan – Bapak Ali Mansyur.

Acara ini kerjasama Pusdima, BEM AAB, dan Radio BI-Q 96.20 FM.
Free untuk sobat muslim semua...

Ø Theme : Mencari ilmu, mencari jalan ke surga...
Sabtu, 16 Juni 2007 M

Comment of (0542-7131xxx) :
Ass apakah ada obat untuk menambah daya ingat dan hapalan kita? Req sahabat : brother
(no name)

Comment of (0813-4743xxxx) :
Kejujuran kunci utama dalam kehidupan. Karena kejujuran kita bisa dipercaya dan disenangi banyak orang. Tanpa kejujuran hidup terus dihantui rasa bersalah dan membuat kita gelisah. Kejujuran ibarat setangkai bunga yang harum sepanjang masa...
(Rofi)

Comment of (0815-2049xxxx) :
Asw kai-hal ukhti? Moga-moga BI-Q tetap berjaya ‘n tambah berjaya dengan segala misi ‘n visinya. W3.
(Ibu Iin – Itchi)

Comment of (0852-4697xxxx) :
Ass...mba, Dhana abis baca di internet kalo kebanyakan teknologi di masa sekarang ini, termasuk bid’ah dan rata-rata bid’ah yang negatif misalnya TV. Bagaimana menurut mba?
(Dhana – SMKN 1)

Comment of (0819-5514xxxx) :
Mba saya ingin sekali mengetahui materi-materi yang pernah dibahas di program Morning Share, bagaimana caranya mba? Soalnya saya senang dengan program itu. Mohon dibalas...
(no name)

Ø Theme : Membaca sejarah
Jum’at, 15 Juni 2007 M

Comment of (0812-5345xxx) :
Yap! Kita adalah umat terbaik, harus yakin dengan janji Allah, jangan bersedih, kita bisa bangkit lagi, lagi, sampai akhir nanti, yang muda dan tua tetap semangat menjadi pribadi RAHMATAN LIL ALAMIN.
(Nurul)

Comment of (0542-7118xxx) :
Untuk mengingat kembali sejarah...req lagunya Alarme, Adakah kau lupa ya ukhti...
(Yana)

Ø Theme : Kerja dan kesejahteraan
Sabtu, 30 Juni 2007 M

Comment of (0815-2049xxxx) :
Asw sang juara antara kita mustinya hadir sebagai penyemangat ‘n teladan tapi bukan sebagai pencemooh bagi pembelajar yang lain. Succes 4 you all...w3.
(Ibu Iin – Itchi)

Comment of (0542-7131xxx) :
Orang sukses memiliki karakter kuat seperti : disiplin, berani bercita-cita, gigih, tegar, cermat, tertib & telaten. Untuk ukhti Azizah tetap semangat, req teman sejati – Rabbani.

Comment of (0815-2049xxxx) :
Asw kai-hal? Ukhti gimana BI-Q kalau ngadakan dakwah keliling? Kreatif tentunya ‘kan? W3.
(Ibu Iin – Itchi)

Jawaban :
W3. alhamdulillah ana bi khoir. Usul yang baik, InsyaAllah itu dah masuk program BI-Q yang ke sekolah2, kampus2, perusahaan2, namun kami saat ini lagi fokus untuk kepindahan studio dulu, do’akan kami...

Ø Theme : Team work
Kamis, 28 Juni 2007 M

Comment of (0815-2049xxxx) :
Asw kai-hal ukhti? Team work biasanya akan awet terbina apabila dalam team ada pengertian, pengorbanan, keterbukaan ‘n yang paling penting dalam team terdapat pemimpin yang adil. W3.
(Ibu Iin – Itchi)

Comment of (0812-5434xxx) :
Ass. Ukhti tadi apa situsnya BI-Q? Afwan ana lambat catatnya...dari Yusuf, Sepinggan. Syukron...
(Yusuf – Sepinggan)

Comment of (0852-4750xxxx) :
Ass, apa kabarnya nie ukhti? Btw BI-Q kapan pindahnya mbak? Yeni.
(Yeni – SMKN 1)

Ø Theme : Perempuan menuju bebas financial
Jum’at, 10 Agustus 2007 M

Comment of (0813-4623xxxx) :
Ass, req lagunya Opick : keajaiban sedekah. Salam buat Azizah ‘n sobat muslim semua.
(Anna)

Comment of (0815-2049xxxx) :
Asw. Kami berpendapat bahwa : wanita menuju bebas financial tidak lepas dari proses bentukan / bentuk masing-masing keluarga. Dan sebaliknya wanita sesibuk / semaju apapun tidak meninggalkan kodratnya sebagai wanita (istri). Kami sendiri punya pengalaman. Pendapatan lain dari suami bisa dimanfaatkan untuk beramal. Dengan itu kami mendapatkan kenikmatan batin yang tak terhingga. InsyaAllah kita akan tetap dalam ridho-Nya. Mesra desa-nya ukh yaaa...
(Ibu Iin – Itchi)

Comment of (0813-5002xxxx) ;
“Jurnalis muslimah” kalangan pers punya kekuatan besar merekayasa opini publik. Hitam putih persepsi masyarakat banyak dibentuk oleh kerja para kuli tinta ini. Pilihan memasuki dunia jurnalistik bukan hanya alasan nafkah ato ajang aktualisasi diri, lebih utamanya mampu dijadikan sebagai sarana dakwah yang mengandung nilai ibadah. Lantas, mengapa akhwat (afwan sms yang masuk ini tidak ada lanjutannya).
----- Assalamu’alaikum mba Azizah, kaifa haluk? Tetap semangat ya! Afwan nie, sinyalnya koq rada sulit ya? Request : shaffix – pahala dan dosa, jazakillah mba. Wass.
(Ida – Gunung Malang)

Ø Theme : Wajah pendidikan kita
Kamis, 9 Agustus 2007 M

Comment of (0852-4733xxxx) :
Ass....ukhti Azizah, ana Muammar di Stal Kuda. Tentang pendidikan, ana maunya modern dengan multimedia lengkap tapi tetap berazas Islam ‘n gratis. Req dirimu sendiri by Akustik.
(Muammar – Stal Kuda)

Comment of (0813-4623xxxx) :
Ass, req lagunya Opick ya yang mata, hati tangan kaki itu lho thanks ya. Salam buat yang lagi nyiar mudah-mudahan diridhoi Allah, amin.
(no name)

Ø Theme : Potret anak-anak jalanan
Sabtu, 11 Agustus 2007 M

Comment of (0852-4733xxxx) :
Ass...Ana Muammar, ana dulu juga anak jalanan umur 6 ampe 12 tahun sebagai juru parkir tapi tetap sekolah dari uang parkir untuk jajan ‘n uang belanja orang tua ‘n hidup di jalan ngga ada enaknya, harus selalu mawas diri, tapi alhamdulillah sekarang hidup udah baikan. Req lagunya rumus canggih or diriku sendiri.
----- Ana bukan ukhti tapi ikhwan.
(Muammar – Stal Kuda)

Comment of (0542-5622xxx) :
Ass. Mba Azizah puterin lagunya Opick yang teman sejati sepi. Makasih ya ukhti...
(Ana)

Comment of (0813-4709xxxx) :
Ass.wr.wb. Anak jalanan beda kali ye ama anak jajanan. Anak jalanan yang hidupnya mengundang keprihatinan, tidur berselimut angin malam, bumi sebagai lantainya dan langit sebagai atapnya, hidupnya jangankan untuk kaya, bertahan hidup saja sudah prestasi. So andai saja kita ga bisa berbuat banyak, paling tidak ada perbuatan kita yang berguna bagi mereka. Examplenya ya...yang udah dicontoin Azizah tadi. Thank you so much.
----- Oh ya Azizah ada yang ketinggalan, mending kita ngasih alat menangkap ikan daripada ikannya, karna kalo kita ngasih ikan, ikan habis bisa jadi mereka akan minta ikan lagi. Tapi kalo kita ngasih alat penangkap ikan, ikan habis mereka akan inisiatif sendiri tanpa harus jadi beban orang lain. Yusuf – Poka.
(Yusuf – Poka)

Comment of (0542-5615xxx) :
Ass. Afwan ni kak, kak Zizah mau pulang ke Jawa kapan nih? Ini Ana yang di Siaga, kak udah bisa apa belum copy lagu-lagu ya, jazakillah...
(Ana – Siaga)

Jawaban :
W3. afwan baru balas coz low bat ‘n mati lampu baru nyala, alhamdulillah.
Hehe...ke Jawa tunggu uang dulu coz lum terkumpul, hanya homesick...afwan juga, nasyid2nya gak bisa copy coz milik perusahaan.

Comment of (0813-4768xxxx) :
Asswrwb mbak Azizah saya boleh bertanya? Kalo ingin mengetahui materi-materi yang dibahas di Morning Share bagaimana caranya, soalnya dah jarang dengar Morning Share habisnya kalo pagi saya skul. Mohon dibalas..
(Janna)

Jawaban :
W3. Untuk tema-tema yang lalu anti bisa cari di www.potretdunia.blogspot.com – untuk bulan akhir Juli – Agustus ni ane masukin, coz masih sibuk dan sering sakit...harap sabar ya, jazakumullah...

Sabtu, 28 Juli 2007

Sekitar kita...

Sekitar kita...
13.24 / 5 Rajab 1428 H / 20 Juli 2007 M

Seringkali kita mengatakan sesuatu yang tidak kita lakukan, hiks...sedih sekali, biarpun kita sudah tarbiyah – namun seringkali ini tidak disadari. Saya jadi teringat dengan Pak Udin (pendengar Radio BI-Q yang menelepon saya) beliau mengulang apa yang ada dalam Al-Qur’an, Surat As-Shaff ayat 2-3, “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan. Sungguh besar kebencian di sisi Allah, apabila kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.”

Setiap mengingat ini, saya juga suka merinding...
Lalu dari waktu ke waktu, saya juga kadang suka melihat diri sendiri...jangan-jangan diri saya-lah yang seperti itu selama ini. Walaupun justru darisana saya banyak belajar, agar lebih berhati-hati dalam berbicara. Supaya tidak menyakitkan bagi yang lain, supaya mudah dipahami dan intinya...saya juga harus bisa melaksanakan apa yang saya katakan itu, bila berkaitan dengan ibadah maupun akhlak.
Tentu inilah yang menjadi parameter pada diri, semoga terhindar dari kata-kata yang menjadi bumerang bagi diri sendiri, karena jika kita tidak melakukan apa yang kita katakan, selain Allah benci-pun juga membuat orang lain tidak percaya pada diri kita.
Mengapa demikian? Ya, karena orang melihat, mendengar, dan memperhatikan siapa kita.
Orang lain yang bisa menilai diri kita...orang lain-lah yang melihat kita.

Kemudian hal lainnya, ketika kita berjanji...ini identik dengan tepat waktu. Waktu yang amat berharga, terpaksa terbuang hanya karena menunggu yang lain yang belum juga terlihat di majelis, dalam rapat, atau lainnya. Semuanya merasa...waktu yang ada, mungkin juga yang lainnya sedang terlambat – jadi wajar jika terlambat. Jika semuanya berpikiran seperti ini, ya tidak ada yang datang tepat waktu, kan? Karena semuanya saling menunggu – berpikir bahwa yang lain juga sedang terlambat. Akibatnya semuanya terlambat...dan yang tepat waktu jadi merasa gelisah, tidak nyaman serta menjadi terganggu – bahkan bisa ber-suudzon (berburuk sangka), sebenarnya ini acaranya jadi apa nggak, sih...?
Yang sabar, biasanya menunggu dengan mengerjakan hal lainnya yang lebih manfaat. Yang tidak bersabar, cepat-cepat beranjak pulang sambil menggerutu. Kan, jadi aneh dan lucu...?
Ayo dong buktikan, bahwa muslim itu semua tepat waktu dan bisa menepati janji... ketertinggalan kita dalam segala bidang, juga dikarenakan oleh orang-orang-nya yang masih saja suka menganggap perkara-perkara yang ada itu remeh.
Kita pasti bisa buktikan, kan...? Keep fight never give up!!!
Allahu Akbar...!!!

Sayyidina Ali ra., mengatakan, “Janganlah kamu melihat siapa yang mengatakan. Tapi dengarlah apa yang disampaikannya.” Mungkin kita merasa sudah ‘wah’, atau ‘hmmm...’sampai-sampai terkadang kita tidak mau belajar.
“Siapa Anda berani-berani menasihati dan memperingatkan saya?” atau “Saya sudah tahu itu, tidak usah ikut campur urusan saya”...lho-lho, katanya saling nasihat-menasihati dalam kebaikan dan nasihat-menasihati dalam kesabaran, begitu diingatkan karena rasa sayang kita, kok nggak mau...wah, kembali ke asal nih...ternyata banyak teori yang belum dipraktikkan...
Jadi kenapa susah payah menghapalkan teori, tapi praktiknya tidak ada dan malah membuat orang lain sakit hati atas sikap kita? (hihi..., bukan berarti saya melarang untuk menghapal, lho...tapi antara keduanya kan bisa berjalan seiring...?).
Saat menasihati orang lain, kita pun begitu mudahnya mengatakan apa yang dapat orang lain lakukan..lha, diri kita sendiri...?

Kita suka meninggalkan apa yang seharusnya kita kerjakan, ataukah memang keperluan kita yang super banyak ya...?
Karena molor waktu, waktu kita jadi tidak terjadwal sesuai dengan ketentuan...akhirnya habis untuk kesibukan demi kesibukan yang terjadi, yang mengakibatkan lalai dan juga kehabisan waktu untuk berehat sejenak dengan Allah dan bersilaturahim dengan saudara-saudara yang lain...
Begitu mudahnya mematahkan teori yang ada...hanya karena kita tidak punya waktu untuk menilai diri kita sendiri (instropeksi diri, nih...), dengan keadaan ini justru sebenarnya malah mempermudah kita untuk melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik lagi, lho...setuju kan?
Jadi, semoga kita lebih peka dan memperhatikan lagi dengan diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita...
Karena, Allah tiadalah merubah keadaan suatu kaum...sebelum kaum melakukan perubahan...
Be a good moslem or die as syuhada!!! Allahu Akbar...!!!

Minggu, 15 Juli 2007

Untuk seluruh Ayah dan Ibu di dunia ini...

Untuk ayah dan ibu... (I)
Alm. Fatchul Moebin & Almh. Siti Romlah Maryati
5 Muharram 1428 H / 24 Januari 2007 M

Ayah...
Engkau seperti bintang di langit
Engkau selalu bersinar untuk dunia, setiap malam tiba
Engkau selalu memberikan cintamu dan tidak pernah marah pada semua
Engkau tiada pernah lelah mendidikku
Engkau bagai mutiara di dalamhatiku

Ibu...
Engkau seperti matahari di dalam hatiku
Engkau selalu memberikan cintamu untukku dan tidak pernah mengeluh
Engkau selalu memberiku kasih sayang di sepanjang waktu
Engkau bagai sinar di dalam kegelapan

Untukmu ayah dan ibu...
Aku akan selalu memelihara cintaku
Belajar tentang hidup dan berkata tidak untuk sesuatu yang tak perlu
Aku akan mewujudkan cita-citaku seperti bintang di langit
Dan tidak akan membuat ayah dan ibubersedih dan menangis
Aku akan memberikan semua cinta untuk ayah dan ibu, setelah pada-Nya..tentu...
Semoga Allah memberikan cintanya juga kepadamu, ayah dan ibu...
Dan di kehidupan yang baru
Ayah dan ibu akan menemukan bintang-bintang bertebaran di sana
Hidup indah dan damai di sisi Allah SWT


Untuk ayah dan ibu...(II)
Alm. Fatchul Moebin & Almh. Siti Romlah Maryati
7 Muharram 1428 H / 26 Januari 1428 H

Assalamu’alaikum, ibu...
Nanda ingin berterima kasih untuk semua cinta
Nanda ingin memberikan seikat bunga
Sebagai tanda cinta untuk ibu
Dan untuk lembutnya belaian tanganmu
Yang memberi arti di sepanjang waktu
Nanda seorang yang lemah dan juga miskin
Maafkanlah segala kekurangan ini...

Assalamu’alaikum, ayah...
Nanda ingin memberikan harapan pada ayah
Dan bercerita tentang cita-cita
Kita akan selalu bersama-sama
Lihatlah, nanda tumbuh meremaja kini
Dan akan selalu membantu ayah di sepanjang waktu yang ada
Dan tidak akan nanda tinggalkan dalam kesendirian
Maafkanlah atas banyak kesalahan, wahai ayah...

Terima kasih Allah...
Atas anugerah indah dalam hidup
Aku akan menemukan cita-citaku nanti di langit tinggi
Dan aku berjanji...
Akan selalu berjalan di jalan-Mu
Memberikan hidupku untuk Engkau, Yaa Rabb...
Dimana di masa kecilku dulu
Aku diajarkan untuk mengenal-Mu
Pelajaran pertama dari ayah dan ibu
Agar aku selalu mengingat-Mu dalam setiap langkahku
Meletakkan dunia dalam genggamanku
Dan meletakkan akhirat di dalam hatiku...


Kenangan bersama ayah
By. Suara Persaudaraan

Dalam sebuah perjalanan, menyusuri pantai utara
Terdengar kereta di tengah malam, Surabaya – Jakarta
Kuteringat masa indah, di masa-masa kecilku
Kenangan bersama ayah, di kampung halaman
Sungguh indah, terlalu manis untuk dilupakan
Sungguh mesra, meski beriring ketegangan

Suasana pengajian petang seperempat malam pertama
Riuh rendah suara hapalan atau cemeti hukuman
Hening hanya desahan, kala epik dipaparkan
Liku-liku perjuangan, para pahlawan Islam
Yang gagah perkasa di medan perjuangan
Yang tak takut mati ‘tuk meraih kemuliaan Islam

Ayah... terima kasih, nanda haturkan kepadamu
Yang telah mendidik dan membesarkanku bersama ibu
Ayah... engkaulah guruku
Yang terbaik di sepanjang usiaku, yang telah membimbing masa kecilku
Meniti jalan Tuhan-ku
Allah... semoga Kau berkenan, membalas segala kebaikannya
Menerimanya dan meridloinya di hadirat-Mu

(Dan ingatlah ketika Luqman memberi pelajaran kepada anaknya, “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah. Sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah sebuah kedzaliman yang besar”).

Memulai sesuatu dari sekarang

Memulai sesuatu dari sekarang
28 Jumadil Akhir 1428 H / 13 Juli 2007 M

Hai sobat muslim...
Sering sekali dalam program acara Morning Share kita ngebahas tentang motivasi, sesuatu yang harus dimulai dari sekarang, sejarah peradaban Islam, pendidikan hingga kondisi lingkungan hidup dan lain-lainnya.
Nah, sekarang yuk bahas lagi tentang memulai sesuatu dari sekarang...
Apaan tuh? Hemmm...tentu banyak sekali yang harus kita mulai dari sekarang. Meski kita sudah menjadi seorang muslim, tapi kita kadang masih belum mengenal diri kita sendiri. Kita masih suka jatuh tersuruk karena ulah dari diri kita sendiri, tapi buntut-buntutnya kita malah suka nyalahin orang lain untuk pembenaran diri kita sendiri.
Bener nggak sih...?
(Hehe, buku dari Alwi Alatas berjudul Proud to be Moslem, bagus banget., dan berkaitan dengan tulisan ini..sobat muslim harus baca juga, deh..).
Cara berbicara kita masih suka nabrak-nabrak nih, emangnya apaan... masih suka kasar dan menyakiti saudara-saudara kita yang lain, masih suka bercanda terhadap hal-hal yang tidak perlu, dan lain-lainnya. Kemudian kita juga masih banyak yang tidak jujur dalam berperilaku, masih suka berbohong untuk menghindarkan diri dari kesulitan, padahal kan makin sulit., hehe...
Dan banyak contoh-contoh lain dalam keseharian kita yang tidak bisa terungkap semuanya di sini...
Ini yang menjadikan kita menjadi mundur, karena apa yang terjadi saat ini adalah karena ulah kita sendiri. Kita suka tidak menyadari meski sadar itu tidak baik, tapi tetap saja masih kita lakukan... justru menjauhkan diri kita dari ajaran agama kita sendiri, kan...ruginya menjadi berlipat-lipat...
Karena itu, kita banyak mengalami kemunduran...kondisi yang dijadikan oleh orang-orang di luar sana (baca : non muslim) menjadi semakin mudah menyingkirkan kita dan menguatkan barisan mereka. Sedih nggak, sih...
Inilah cambuk yang harus kita jadikan lecutan ke depan untuk lebih baik lagi. Tidak benar yang dikatakan mereka tentang umat Islam, kan? Kita pernah berjaya di masa lampau...maka kita harus bisa kemb alikan kejayaan itu dan menjadi umat yang kuat dalam sisi lahir maupun batin dalam menghadapi tantangan-tantangan zaman ini.
Memang ini sulit kelihatannya, karena itu supaya tidak terlihat sulit...kita bisa memulainya dari diri kita sendiri dan memulainya sekarang juga. Tidak menunda untuk hari esok, untuk terus belajar... tidak menunggu terpuruk lebih dalam lagi, untuk sebuah kemajuan meski hanya baru bisa selangkah. Perubahan yang lebih baik harus kita lakukan secara terus-menerus, tidak ada kata menyerah atau putus asa...
Semuanya kita lakukan dengan riang dan gembira, hanya untuk mengharap ridlo Allah SWT semata, InsyaAllah...
Ayo dong, sobat muslim...kok malah bengong?
Kita semua bisa, kan? Pasti bisa! Niatkan dengan seksama dalam hati lalu mari kita kerjakan semua dari yang termudah dulu, sekarang juga...
Semoga sukses untuk sobat muslim semua... Allahu Akbar!!!

Dakwah kita (1) & Dakwah kita (2)

Dakwah kita...(I)
20 Rajab 1427 H / 14 Agustus 2006 M

Apa pendapat kita tentang ukhuwah?
Mungkin gambaran yang indah atau justru tempat untuk berselisih?
Banyak dari kita yang belajar arti ilmu Allah, lantas bagaimana seharusnya sikap yang harus dijalankan atas pengetahuan tersebut?

Suatu ketika di dalam sebuah masjid, di bulan Ramadhan, menjelang berbuka puasa. Begitu banyak ta’jil yang tersedia bagi pengunjung yang ingin berbuka disana. Yang pasti semua sudah duduk rapi mengambil bagiannya dan beberapa menit lagi adzan Maghrib akan berkumandang. Dari tempat muslimah, tampak duduk seorang wanita tidak berjilbab yang menjauh dari para muslimah lain yang berjilbab (tentu jumlah ini lebih banyak). Tak ada sapaan untuknya, tak ada teman yang mengajaknya bicara dan tak ada pula yang memperhatikannya dari para muslimah berjilbab yang ada disana. Ia merasa takut dan gelisah. Seolah-olah ingin lari dan berkata ini bukan wilayah yang sebenarnya untuknya.
Apa yang dapat kita isyaratkan dari peristiwa ini?

Lantas di lain waktu, di masjid yang sama. Seorang muslimah tidak berjilbab, bermaksud menunaikan kewajibannya, sholat tepat waktu. Baru melangkah untuk melepas sepatu, seorang petugas keamanan berkata yang tidak baim dan mengusirnya, bahwa yang boleh sholat di sana adalah muslimah yang berjilbab saja. Terjadi selisih pendapat di antara mereka, dan wanita itu mengatakan bahwa ini rumah Allah yang muslim dan muslimah manapun boleh kesana. Tetapi petugas keamanan tadi tetap tak menghiraukannya dan mengatakan ini adalah bagian dari tugasnya.
Apalagi yang mampu kita isyaratkan atas peristiwa ini?

Seorang teman datang berkunjung ke tempat lingkungan temannya, yang bekerja di dalam masjid yang sama. Dan sekali lagi, ia tidak berjilbab. Begitu ia pergi, seorang ibu-ibu yang berjilbab mendatangi temannya di masjid tersebut dengan mengatakan, “Di sini sudah jelas hanya untuk yang berjilbab. Jangan biarkan kita diinjak-injak oleh mereka yang seperti itu!.” Ibu itu berkata di depan banyak orang, yang kesemuanya muslimah, dengan suara keras dan membuka pintu tanpa salam. Ibu tersebut juga pemilik sebuah Yayasan Islam di masjid tersebut.
Sekali lagi, gambaran apa yang ada di benak kita atas ini?

Seorang teman membawa saudaranya yang tidak berjilbab ke acara pernikahan temannya. Meski telah dikenalkan, namun sedikit sekali yang menyambutnya dengan senyum apalagi uluran tangan dari para tamu muslimah yang hadir. Begitu selesai dan pulang, saudara teman yang tdak berjilbab itu menangis, “Seharusnya orang Islam itu baik dan mengamalkan apa yang sudah Rasulullah ajarkan kepada kita, kalau seperti itu caranya, aku tidak mau berjilbab!.”
Ternyata sesuatu yang kecil dan dianggap sepele oleh kita semua, namun berdampak sangat luar biasa sekali...
Dan ini adalah beberapa kisah yang dapat dikemukakan untuk para pendakwah sejati.
Mengapa?
Karena ada letak kekeliruan yang kecil namun besar, yang ternyata tidak disadari.
Ada, tetapi sebagian kecil saja.

Bagaimana mungkin orang yang awam tentang Islam ingin berhijrah dengan benar, bila perilaku untuk memberikan yang terbaik justru malah terbalik? Dengan gencar menyerukan kebenaran, namun menabur kedustaan, atau sebenarnya kita salah mengartikan pengetahuan, sehingga untuk melakukan yang ringan menjadi sulit dan memberatkan kita? Senyum, salam, sapa, sopan dan santun. Jajaran 5S yang terabaikan dari kita, dan banyak sekali hal ini terjadi tanpa disadari. Kita begitu keras terhadap orang-orang yang ingin belajar, yang mungkin telah mendapat hidayah dan ingin memperbaiki diri, sehingga akibat akhirnya adalah tak ada yang mau mempelajari Islam.
Seringkali para pendakwah menganggap diri sudah benar, padahal kita hanya menyampaikan dan hanya Allah Yang Maha Benar. Seringkali kita menyakiti hati orang lain, padahal justru mereka ingin belajar dengan baik dan telah mendapat hidayah dari Allah. Haruskah kita kesampingkan?
Apakah ini dakwah kita...?
Sesama saudara muslim, kita wajib bersikap lemah lembut, bahkan Rasulullah Saw telah mencontohkan kepada kita bagaimana kita harus bersikap terhadap saudara dan juga orang kafir. Kita hanya tinggal memoles mereka dengan lebih baik lagi, sehingga bisa menjadi ikhwan dan akhwat penerus dakwah Nabi SAW dalam menegakkan kalimat Allah di muka bumi ini.
Sikap yang salah, justru telah makin menjauhkan yang telah jauh.
Mengapa kita menjadi egois dan merasa paling bijak? Padahal sesungguhnya kita telah berbuat tidak adil terhadap saudara kita. Kita merasa enggan berbagi pengetahuan dengan yang awa, kita merasa tidak seperti mereka yang tidak paham, sehingga tidak mau bergaul dengan mereka.
Sama juga seperti yang kita rasakan dulu, yang mungkin di usia dewasa baru menemukan jati diri yang sesungguhnya akan kehidupan ini – jika kita mendapatkan perlakuan yang seperti itu, kita pun juga akan sakit hati, kan?
Mengapa kepahaman kita akan pengetahuan Allah disalahgunakan dan tidak diamalkan dengan baik?
Sayang sekali waktu dan tenaga kita yang terbuang, bila kelemahlembutan tidak ditampakkan bagi orang-orang yang ingin mempelajari Islam.
Dan satu kisah terakhir, seorang teman yang dulunya begitu keras dan sangat idealis sekali, namun sekarang malah jauh dari kegiatan pengajian dan hal ini tentu amat disayangkan. Selain karena ia mendapatkan suami yang tidak terlalu sholeh, ia pun juga mendapatkan opsi, bahwa suaminya tidak akan ikut dengan pengajian yang dia ikuti. Sedari awal, teman-temannya pun juga telah mengingatkan agar bisa mencari yang terbaik, namun karena ingin lekas-lekas berkeluarga, maka ia memilih sembarang saja, yang penting membangun keluarga. Sesuatu yang sungguh di luar dugaan teman-temannya, karena ia adalah seorang aktivis yang idealis dan aktif sekali dalam dakwah.
Semoga menjadi ibroh bagi kita semuanya, InsyaAllah...
Masih banyak fakta-fakta lain berbicara selain beberapa kisah-kisah yang sudah tertulis tadi, masih sajakah seperti ini dakwah kita? Dan sayangnya ini selalu terjadi untuk mereka yang merasa telah menjadi pendakwah sejati. Semoga tulisan ini benar-benar bisa kita jadikan pelajaran yang sangat berharga atas dakwah kita selama ini dan dapat mengubah cara berdakwah kita yang keras menjadi lemah lembut, utamanya terhadap saudara-saudara kita yang belum paham akan agamanya sendiri.
InsyaAllah...


Dakwah kita...(II)
Senin, 17 Jumadil Akhir 1428 H / 2 Juli 2007 M

Pernah liat, kampus esxtravagansa atau mama mia, atau yang sudah lama banget seperti Indonesia Idol or Bintang AFI?
Pufffh...bejibun deh acara-acara kayak gitu, jadi sering diadaian en bermunculan do beberapa media (baik mulai dari media massa hingga media elektronik, hmmm...apalagi), lalu waktu kita kebuang cuman buat liat itu doang?
Duh, capek deh!
Kita jadi pencuri waktu dan maunya ingin dikenal dengan cepat, tapi kadang juga gak nyadar kalo dilupakan dengan cepat pula. Nah, ini nih tugas kita yang udah ikut pengajian or tarbiyah...
Saya jadi ingat cerita dari teman (Mbak Ambar) tentang kisah mahasiswinya yang memakai sepatu hak tinggi banget, ternyata mau untuk diajak ikut pengajian (apa hubungannya ya...?), ya maksudnya, orang yang gaul seperti itu kalau pelan-pelan InsyaAllah bisa kita ajak, kan...?
Tahukah kita, terkadang kita tidak menyadari...
Keharusan kita adalah memberi cinta pada semuanya. Namun kita sibuk dengan kelompok-kelompok kita yang udah dari sananya (sejak lama, eh...) yang ikut pengajian, yang udah berjilbab, yang udah berjenggot dan ber-koko ria, tapi kita melupakan mereka-mereka yang masih jauh lebih banyak dan belum paham tentang agama sendiri.
Kita sibuk mencela mereka, kita sibuk menyalahkan mereka, dan kita malah sibuk menjauhkan diri dari mereka akhirnya... Coba deh buat acara-acara yang tempatnya di masjid, pasti yang akan datang, ya itu-itu aja kan?
Lalu akan kita kemanakan mereka yang semakin jauh dari masjid itu?
Bukankah kita juga bertanggung jawab atas hal itu?
Tidaklah dakwah itu dengan ceramah aja, kan? Tapi banyak media dan metode yang bisa kita pakai untuk mendekati, mengajak dan mengarahkan mereka. Mereka pasti juga rindu di dalam hati kecilnya, berjalan bersama di indahnya jalan dakwah ini? Bagi-bagi dong keindahannya...
Banyak faktor utamanya dari diri mereka sendiri yang masih ingin bebas (belum mau membuka diri untuk agamanya, nih...), tapi juga bisa ari kita-kita yang udah pengajian ini, lho...
Kita gak pernah senyum ke mereka, memandang sinis mereka, dan juga kita selalu menghindari mereka...
Iya kan? Lha, gimana mereka mo dapat hidayah, kitanya aja pada kasih tampang galak gini...
Tapi emang gak semuanya... hanya sebagian besar aja, hehe...
Dan juga kita beritahu ke mereka, tak perlu jadi bintang instant...Belajar agama dan mengaji pun malah dapat nilai tinggi dari sekedar jadi bintang instant itu. Jadi, kapan nih kita adain acara yang fun supaya mereka bisa ikut dan mau mempelajari agamanya? Kita berjalan bersama dan masuk surga bersama saudara-saudara kita itu, InsyaAllah...Yuk...!

Ini nih yang bisa sobat muslim simak dari buku berjudul Romantika Yusuf, karya Amru Khalid, hal. 188 – 191, saya tulis lengkap buat semua, apalagi yang belum baca en punya buku ini...
Moga-moga gak bikin BETE, InsyaAllah...

Pintu kebaikan selalu terbuka :
Itulah pintu dakwah. Pelopor sebuah tradisi yang baik akan mendapatkan balasan amalnya ditambah dengan pahala orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Tdakkah Anda sudi menunjukkan kebajikan kepada seseorang? Setiap kebajikan yang dilakukannya hingga kiamat akan menjadi timbangan amal kebaikan Anda juga.
Setiap sholat yang dilakukannya dan ibadah yang ditunaikannya akan dimasukkkan ke dalam tabungan amal shalih Anda. Bukankah orang lain yang Anda dakwahi itu kelak akan mendakwahi pemuda-pemuda dan orang lainnya? Semua kebaikan orang yang mendapatkan hidayah (melalui perantaraan dakwah Anda) akan mengalir menjadi pahala Anda. Mata rantai itu akan terus bersambung hingga hari kiamat.
Betapa melimpahnya pahala itu hingga Anda pun kaget, “Ya Allah, rasanya aku tak pernah mengerjakan amal sebanyak itu.”
Sebenarnya, Anda pernah menunjukkan kebaikan kepada seseorang dan oleh karena itu, carilah orang yang mampu mempengaruhi orang lain, bimbinglah ia menuju Allah SWT. InsyaAllah akan datang setelah itu orang-orang yang mengikutinya.

Dakwah adalah harapan Islam :
Dilihat dari sisi pahalanya yang begitu besar, dakwah adalah tumpuan harapan Islam. Islam tidak akan tampil memimpin dengan pedang, senjata dan perang. Islam hanya akan jaya dengan apa yang telah Rasulullah rintis. Dia dahulu seorang diri di muka bumi kemudian mencari pendamping. Mulailah ia mendakwahi Abu Bakar ra. Mereka berdua eksis dan teguh di tengah-tengah masyarakat kafir ketika itu. Bagaimana dengan Anda? Bukankah satu seperempat milyar penduduk bumi ini sudah beridentitas muslim?
Abu Bakar masuk Islam dan berhasil merekrut tujuh orang lainnya. Dari tujuh orang bertambah menjadi tujuh puluh orang. Enam penduduk Madinah mendatangi Nabi SAW. Mereka berjanji, “Tahun depan kami akan kembali.”
Mereka pun kembali tahun berikutnya sebanyak dua belas orang.s atu tahun setelah itu jumlah mereka mencapai tujuh puluh tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Nabi pun menyuruh mreka kembali, “Pulanglah dan aku akan menemui kalian tahun depan.”
Pada tahun yang dijanjikan itu, Nabi berhijrah dan t ak satu rumah pun yang tersisa kecuali seluruh penghuninya telah memeluk Islam. Permasalahannya mudah dan sederhana. Ajak dan gugahlah orang di samping Anda. Jika ke-Islam-an kita memang benar-benar lurus dan berdayaguna, selesailah permasalahan.
(Read of : QS. Ar-Ra’d (13) : 11, QS. An-Nur (24) : 55).

Sedikitnya ilmu jangan menghalangi Anda :
Mungkin ada yang berdalih, “Aku tidak bisa mendakwahi orang lain karena pengetahuan aku sangat minim.”
Bagaimana menjawab pernyataan seperti itu?
Katakan kepadanya sabda Nabi SAW, “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat. Ceritakan kisah dari Bani Israil tanpa ragu-ragu. Barangsiapa berdusta dengan mengatasnamakanku maka bersiaplah mendapatkan tempat di neraka.” (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar No. 2593. Lihat : Shahih Al-Jami’ No. 2837).
Walau hanya memahami satu ayat, sampaikan hal itu kepada orang lain. Walau mendapatkan ilmu dari khutbah Jum’at, sampaikan pula kepada orang lain. Jika menghadiri pengajian majelis taklim, datangilah sanak saudara lalu ceritakan apa yang Anda dapatkan dari pengajian itu.
Imam Ahmad Ibn Hanbal berkata, “Orang yang mengetahui suatu permasalahan, ia dianggap pakar di bidang itu.”

Sanggahan :
Kaum muda mungkin mengajukan keberatan lain, “Aku belun lama memakai jilbab dan masih banyak dosa yang menghalangiku untuk mendakwahi teman-teman putriku.”
Sekali lagi, jangan jadikan dosa Anda sebagai penghalang untuk berdakwah.
(Read of : QS. Al-Baqarah (2) : 44).
Yang dilarang oleh ayat dalam Qur’an Surat Al-Baqarah tersebut adalah melupakan diri sendiri. Akan tetapi kapan waktunya berdakwah menjadi haram? Yaitu ketika Anda menyuruh orang lain berbuat kebaikan sementara Anda tidak berusaha mengerjakannya.
Sebagai contoh, seseorang belum bisa ghaddul bashar ( menundukkan pandangan) dan ia melihat orang lain tidak menundukkan pandangannya. Apakah harus melarangnya atau tidak? Tentu saja harus melarangnya. Katakan kepada orang itu, “Hai Fulan, tundukkan pandanganmu,” dan katakan pada diri Anda, “Ya Allah, saksikanlah, mulai detik ini aku akan menjaga pandanganku.”
Berdakwah sesungguhnya membantu Anda memperbaiki diri.
Andalah yang lebih dahulu mengambil manfaat darinya. Oleh karena, jika ingin memperbaharui iman, berdakwalah!
Setahap demi setahap keimanan itu akan kembali terbaharui. Imam Ibnu Taimiyah berkata, ‘Jangan sekali-kali kalian berkata, ‘Aku tidak akan berdakwah sampai keimananku betul-betul sempurna.” Sesungguhnya orang seperti itu dihadapkan kepada dua pilihan.
Bisa jadi suatu hari nanti ia akan mengatakan “imanku telah sempurna’; ketahuilah bahwa dengan berkata seperti itu, sesungguhnya, ia telah; atau ia akan menemui ajalnya sementara imannya belum juga sempurna.’ Bagaimana solusinya? Berdakwalah dengan keimanan Anda apa adanya. Menyebarkan Islam adalah tanggung jawab kita semua.